حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لِرَمَضَانَ ‏"‏ مَنْ قَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Huraira

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Barangsiapa shalat di malam hari sepanjang bulan Ramadhan dengan iman yang tulus dan mengharapkan pahala dari Allah, maka segala dosa sebelumnya akan diampuni." Ibnu Shihab (seorang sub-perawi) berkata, "Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) meninggal dunia dan orang-orang terus mengamati itu (yaitu Nawafil mempersembahkan secara individu, bukan berjamaah), dan itu tetap seperti itu selama Khilafah Abu Bakar dan pada hari-hari awal Kekhalifahan 'Umar."

Comment

Keunggulan Shalat Malam di Ramadan

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (2009) menetapkan keutamaan besar dalam melaksanakan Qiyam al-Layl selama Ramadan. Nabi (ﷺ) menjamin pengampunan sempurna atas dosa-dosa masa lalu bagi siapa saja yang shalat malam sepanjang Ramadan dengan dua syarat penting: iman yang tulus (iman) dan mencari pahala ilahi (ihtisab).

Syarat untuk Diterima

Para ulama menekankan bahwa "Iman yang Tulus" memerlukan keyakinan yang benar kepada Allah dan perintah-perintah-Nya, sementara "mengharap pahala" berarti melaksanakan shalat semata-mata untuk keridhaan Allah tanpa pamer atau motif duniawi. Syarat-syarat ini memastikan keabsahan spiritual shalat.

Konteks Historis Shalat Berjamaah

Riwayat Ibn Shihab menjelaskan bahwa pada masa Nabi dan kekhalifahan Abu Bakr serta awal Umar, umat Islam melaksanakan Taraweeh secara individu di rumah. Konteks historis ini sangat penting untuk memahami perkembangan selanjutnya dari shalat Taraweeh berjamaah di masjid-masjid.

Komentar Ulama tentang Pengampunan

Komentator klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa "dosa-dosa sebelumnya" merujuk pada dosa-dosa kecil, karena dosa besar memerlukan tobat khusus. Sifat komprehensif dari pengampunan ini menunjukkan rahmat Allah yang sangat besar selama Ramadan, mendorong orang beriman untuk meningkatkan ibadah malam mereka.

Signifikansi Spiritual

Hadis ini dari "Shalat Malam di Ramadan (Taraweeh)" menyoroti Ramadan sebagai musim untuk pembaruan spiritual. Shalat malam mewakili puncak ibadah sukarela, menggabungkan pengabdian fisik dengan kontemplasi spiritual, yang akhirnya mengarah pada pengampunan ilahi dan pemurnian jiwa.