حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ لِرَمَضَانَ ‏"‏ مَنْ قَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan

'Abdur Rahman bin 'Abdul Qari berkata, "Saya pergi bersama 'Umar bin Al-Khattab pada suatu malam di bulan Ramadhan ke masjid dan menemukan orang-orang sedang berdoa dalam kelompok yang berbeda. Seorang pria yang berdoa sendirian atau seorang pria yang berdoa dengan sekelompok kecil di belakangnya. Jadi, 'Umar berkata, 'Menurut pendapat saya, saya lebih baik mengumpulkan (orang-orang) ini di bawah kepemimpinan satu Qari (Pengbaca) (yaitu biarkan mereka berdoa berjamaah!)'. Jadi, dia memutuskan untuk berkumpul di belakang Ubai bin Ka'b. Kemudian pada malam lain saya pergi lagi dengan temannya dan orang-orang berdoa di belakang qari mereka. Mengenai hal itu, 'Umar berkomentar, 'Sungguh Bid'a yang luar biasa (yaitu inovasi dalam agama) ini; tetapi doa yang tidak mereka lakukan, tetapi tidur pada waktunya lebih baik daripada yang mereka persembahkan.' Dia bermaksud doa di bagian terakhir malam itu. (Pada masa itu) orang-orang biasa berdoa di awal malam."

Comment

Konteks Historis & Signifikansi

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 2010 mendokumentasikan pendirian shalat Taraweeh berjamaah selama pemerintahan Khalifah Umar. Awalnya, orang-orang shalat secara individu atau dalam kelompok kecil pada malam Ramadan, menunjukkan praktik yang diizinkan sejak dini tetapi kurang terorganisir.

Kebijaksanaan Umar mengenali manfaat spiritual menyatukan komunitas Muslim di bawah satu imam, memilih Ubai bin Ka'b - seorang pembaca Al-Quran terkenal dan sahabat - untuk memimpin inovasi yang diberkati dalam praktik keagamaan ini.

Memahami "Inovasi yang Baik"

Deskripsi Umar tentang ini sebagai "bid'a yang baik" memerlukan interpretasi ilmiah yang hati-hati. Dalam terminologi Islam, bid'a bisa terpuji atau tercela. Ini adalah inovasi dalam metode dan organisasi, bukan dalam prinsip keagamaan.

Shalat malam di Ramadan didirikan oleh Nabi Muhammad (semoga damai bersamanya), tetapi jamaah di bawah satu imam dilembagakan oleh Umar. Ini termasuk dalam "bid'a hasana" - sebuah inovasi yang melayani tujuan keagamaan yang mapan dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Keunggulan Shalat Malam

Ucapan Umar tentang tidur di awal malam dan shalat nanti mencerminkan keutamaan Tahajjud (shalat malam). Sepertiga terakhir malam sangat diberkati untuk ibadah, ketika Allah turun ke langit terendah dan menjawab doa-doa.

Ini menunjukkan pemahaman komprehensif para sahabat tentang ibadah - sementara Taraweeh berjamaah berjasa, shalat malam sukarela yang dilakukan dalam kesendirian selama jam-jam paling diberkati memiliki signifikansi spiritual khusus dalam tradisi Islam.

Implementasi Praktis

Narasi ini menetapkan beberapa prinsip penting: keizinan shalat Taraweeh berjamaah, pentingnya kepemimpinan yang berkualitas dalam urusan keagamaan, dan fleksibilitas dalam mengorganisir ibadah komunal untuk kepentingan masyarakat.

Ini juga menunjukkan pendekatan seimbang para sahabat - sambil menetapkan praktik komunal yang bermanfaat, mereka tetap menyadari tindakan ibadah individu yang lebih unggul, menunjukkan sifat komprehensif spiritualitas Islam yang mengakomodasi baik pengabdian komunal maupun pribadi.