Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) biasa mengucapkan shalat 'Id-ul-Adha dan 'Id-ul-Fitr dan kemudian menyampaikan Khutba setelah shalat.
Kitab Dua Hari Raya (Id)
Sahih al-Bukhari 957
Teks Hadis
Rasulullah (ﷺ) biasa melaksanakan shalat Idul Adha dan Idul Fitri kemudian menyampaikan Khutba setelah shalat.
Komentar tentang Urutan
Riwayat ini menetapkan Sunnah bahwa shalat Id mendahului Khutba (khutbah). Urutan ini berbeda dengan shalat Jumu'ah (Jumat), di mana Khutba datang terlebih dahulu. Hikmah di balik ini adalah untuk memberikan prioritas pada ibadah (shalat) di hari perayaan ini dan untuk mengakomodasi jamaah yang besar, termasuk wanita dan anak-anak, yang mungkin merasa sulit untuk tetap tinggal untuk khutbah yang panjang.
Keputusan Hukum (Hukm)
Mayoritas ulama berpendapat bahwa mendengarkan Khutba Id adalah Sunnah yang dianjurkan (mustahabb), bukan komponen wajib dari shalat Id itu sendiri. Diperbolehkan untuk pergi setelah shalat, meskipun tetap tinggal lebih utama. Ini berasal dari praktik Nabi dan izinnya bagi wanita untuk pergi.
Hikmah yang Mendasari (Hikmah)
Memulai dengan shalat menumbuhkan semangat kolektif pengabdian dan syukur kepada Allah sebelum teguran atau pengingat apa pun. Hal ini memungkinkan komunitas untuk memenuhi ibadah utama bersama-sama, memperkuat ikatan komunal, dan memanifestasikan kegembiraan dan rasa syukur yang melekat dalam perayaan Id sebagai ibadah murni pertama dan terutama.