حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ، فَقَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ، حَتَّى انْجَلَتِ الشَّمْسُ فَقَالَ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا، وَادْعُوا، حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Ibnu 'Umar

Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan (yaitu kelahiran) seseorang, tetapi itu adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Ketika Anda melihat mereka berdoa."

Comment

Teks Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan (yaitu kelahiran) seseorang, tetapi mereka adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Ketika kamu melihatnya, lakukanlah shalat."

Referensi: Sahih al-Bukhari 1042

Bantahan terhadap Takhayul Pra-Islam

Hadis ini secara tegas membantah kepercayaan Arab pra-Islam bahwa gerhana langit terjadi karena kematian atau kelahiran tokoh-tokoh penting. Nabi (ﷺ) secara eksplisit menyatakan bahwa gagasan seperti itu adalah takhayul tanpa dasar yang tidak memiliki tempat dalam akidah Islam.

Pengajaran ini menetapkan prinsip Islam bahwa fenomena alam beroperasi sesuai dengan hukum ilahi (sunan Allah) yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, bukan sebagai pertanda yang terkait dengan peristiwa manusia.

Gerhana sebagai Tanda-tanda Allah

Nabi (ﷺ) mengidentifikasi gerhana sebagai "ayat min ayat Allah" - tanda-tanda di antara tanda-tanda Allah. Penetapan ini mengangkat mereka dari sekadar peristiwa astronomi menjadi kesempatan untuk refleksi spiritual dan mengingat kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta.

Para ulama menjelaskan bahwa fenomena ini harus mengingatkan orang beriman tentang Hari Kiamat, ketika matahari dan bulan akan digelapkan, dan menginspirasi rasa takjub kepada Allah yang mengendalikan benda langit yang megah ini.

Respon yang Ditentukan: Salat al-Kusuf

Perintah "ketika kamu melihatnya, lakukanlah shalat" menetapkan sunnah untuk melaksanakan shalat gerhana (salat al-kusuf). Ibadah kolektif ini mengubah apa yang sebelumnya merupakan kesempatan untuk ketakutan dan takhayul menjadi peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ulama klasik menekankan bahwa shalat ini harus dilakukan secara berjamaah, dengan bacaan dan pengabdian yang panjang, mengikuti contoh Nabi (ﷺ) seperti yang dijelaskan dalam riwayat lain.

Pelajaran Spiritual

Pengajaran ini mengalihkan perhatian manusia dari interpretasi takhayul terhadap peristiwa alam menuju tujuan yang tepat: mengingatkan umat manusia akan kebesaran Allah dan menginspirasi ibadah.

Ini menetapkan pendekatan Islam untuk memahami fenomena alam - sebagai tanda yang menunjuk kepada Sang Pencipta daripada sebagai kekuatan independen atau pertanda yang memerlukan respons takhayul.