"Matahari gerhana pada masa hidup Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) pada hari ketika (putranya) Ibrahim meninggal. Maka orang-orang mengatakan bahwa matahari telah gerhana karena kematian Ibrahim. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan (yaitu kelahiran) seseorang. Ketika kamu melihat gerhana, berdoalah dan berdoa kepada Allah."
Gerhana - Sahih al-Bukhari 1043
"Matahari mengalami gerhana pada masa hidup Rasulullah (ﷺ) pada hari ketika (putranya) Ibrahim meninggal. Maka orang-orang mengatakan bahwa matahari telah gerhana karena kematian Ibrahim. Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan (yaitu kelahiran) seseorang. Ketika kamu melihat gerhana, salatlah dan berdoalah kepada Allah."
Komentar tentang Konteks Sejarah
Narasi ini terjadi selama gerhana matahari yang bertepatan dengan kematian putra bayi Nabi Ibrahim. Orang-orang, dipengaruhi oleh kepercayaan pra-Islam, secara keliru mengaitkan fenomena langit ini dengan peristiwa manusia. Nabi segera membetulkan takhayul ini, menetapkan bahwa gerhana adalah tanda-tanda alami dari Allah daripada pertanda yang terkait dengan urusan manusia.
Signifikansi Teologis
Pernyataan Nabi secara fundamental membedakan kosmologi Islam dari kepercayaan pagan. Gerhana termasuk dalam "ayat" (tanda-tanda) Allah yang disebutkan dalam Al-Quran (41:37) yang menunjukkan kekuatan dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Mereka terjadi sesuai dengan ketetapan ilahi dan hukum alam yang tetap, bukan sebagai reaksi terhadap peristiwa duniawi. Ajaran ini memurnikan akidah Islam dari takhayul dan pemikiran antroposentris.
Panduan Praktis
Nabi memerintahkan umat Islam untuk merespons gerhana dengan salat (salat al-kusuf) dan doa. Ini mengubah fenomena alam menjadi kesempatan untuk refleksi spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah. Salat gerhana berfungsi sebagai pengingat Hari Kiamat ketika matahari akan digelapkan (81:1) dan mendorong orang beriman untuk mencari pengampunan dan memperbarui komitmen mereka untuk beribadah.
Konsensus Ulama
Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani dan al-Nawawi menekankan bahwa hadis ini menetapkan sunnah untuk melaksanakan salat khusus selama gerhana. Salat terdiri dari dua rakaat dengan bacaan dan rukuk yang diperpanjang. Ulama juga mencatat bahwa insiden ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi dalam menangani kesalahpahaman sambil memberikan panduan positif, sebuah model untuk pendidikan Islam.