Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, tetapi itu adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah, jadi berdoalah setiap kali Anda melihatnya."
Gerhana: Tanda Ilahi
Dari Sahih al-Bukhari, Hadis 1057: "Matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, tetapi keduanya adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah, maka salatlah setiap kali kamu melihatnya."
Sanggahan terhadap Takhayul Pra-Islam
Nabi (ﷺ) secara tegas menyangkal kepercayaan Arab pagan bahwa gerhana terjadi karena kematian atau kelahiran tokoh-tokoh penting. Pemurnian akidah (tauhid) ini menetapkan bahwa fenomena langit berada di bawah kendali eksklusif Allah, tidak dipengaruhi oleh peristiwa manusia.
Tanda Kosmik untuk Perenungan
Gerhana berfungsi sebagai pengingat yang kuat (ayat) atas kekuasaan sempurna Allah atas ciptaan. Mereka menginspirasi rasa takut (khashyah) dan refleksi atas keagungan Sang Pencipta, ketepatan tatanan kosmik, dan kesementaraan keberadaan duniawi dibandingkan dengan keabadian ilahi.
Respons Devosional yang Ditetapkan
Perintah untuk salat (salat al-kusuf) mengubah pengamatan menjadi ibadah. Salat ini, dilakukan secara berjamaah, mencakup berdiri lama, pembacaan, rukuk (ruku'), dan sujud (sujud), mengubah keajaiban kosmik menjadi ketundukan yang rendah hati di hadapan Yang Mahakuasa.
Kebangkitan Spiritual Melalui Fenomena Alam
Para ulama mencatat bahwa gerhana seharusnya memicu introspeksi diri (muhasabah), mencari pengampunan (istighfar), dan meningkatkan pengabdian. Mereka adalah momen ketika Allah mengundang hamba-hamba-Nya untuk mengingat kembali mereka kepada-Nya dan memperbarui komitmen spiritual mereka.