حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ حَدَّثَنِي قَيْسٌ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Aisha

Pada masa hidup Nabi (صلى الله عليه وسلم) matahari gerhana dan Nabi (saw) berdiri untuk berdoa bersama umat dan membaca bacaan yang panjang, kemudian ia membungkuk berkepanjangan, dan kemudian mengangkat kepalanya dan membaca bacaan yang panjang yang lebih pendek dari yang pertama. Kemudian dia melakukan membungkuk berkepanjangan yang lebih pendek dari yang pertama dan kemudian mengangkat kepalanya dan melakukan dua sujud. Dia kemudian berdiri untuk rakaat kedua dan menawarkannya seperti yang pertama. Kemudian dia berdiri dan berkata, "Matahari dan bulan tidak gerhana karena hidup atau mati seseorang, tetapi itu adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah yang Dia tunjukkan kepada para penyembah-Nya. Jadi setiap kali Anda melihat mereka, buruanlah untuk berdoa."

Comment

Doa Gerhana: Pengingat Ilahi

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari (1058) menggambarkan respons Nabi (ﷺ) terhadap gerhana matahari, menetapkan doa gerhana (Salat al-Kusuf) sebagai Sunnah yang dikonfirmasi. Tindakan segera Nabi menunjukkan bahwa fenomena langit seharusnya mendorong orang beriman menuju ibadah daripada spekulasi duniawi.

Format Ritual yang Khas

Doa gerhana berbeda dari doa biasa dengan memiliki dua rakaat, masing-masing berisi dua berdiri (qiyam), dua pembacaan, dan dua rukuk (ruku'). Sifat yang berkepanjangan dari setiap komponen mencerminkan keseriusan acara dan mendorong refleksi mendalam atas tanda-tanda Allah.

Penurunan panjang dalam pembacaan dan rukuk berturut-turut menunjukkan prinsip moderasi dalam ibadah sambil mempertahankan karakter khas doa. Keseimbangan ini mencegah kesulitan berlebihan sambil mempertahankan manfaat spiritual unik doa.

Mengoreksi Takhayul dengan Tauhid

Penjelasan eksplisit Nabi (ﷺ) bahwa gerhana tidak terkait dengan kelahiran atau kematian siapa pun secara tegas membantah takhayul pra-Islam. Ajaran ini mengokohkan kosmologi Muslim dengan kuat dalam kesatuan ilahi (tauhid), mengakui benda langit sebagai ciptaan yang tunduk mengikuti hukum-hukum Allah yang tepat.

Dengan mengaitkan gerhana semata-mata pada kebijaksanaan Allah, Hadits mengalihkan respons manusia dari ketakutan dan spekulasi ke ibadah yang taat. Transformasi perspektif ini mencontohkan misi Islam untuk membebaskan umat manusia dari ketakutan irasional melalui pemahaman yang benar tentang kedaulatan ilahi.

Implementasi Praktis

Perintah untuk "bersegeralah untuk doa" menunjukkan baik ketepatan waktu respons maupun sifat komunalnya. Ulama menafsirkan ini sebagai kewajiban (wajib) atau rekomendasi kuat (sunnah mu'akkadah), dengan konsensus atas manfaat besarnya.

Doa harus dilakukan secara berjamaah jika memungkinkan, mengikuti contoh Nabi. Selama doa, pembacaan panjang dari ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan kekuatan, penciptaan, dan penghakiman Allah direkomendasikan untuk menyelaraskan hati dengan signifikansi acara.