Matahari gerhana dan Nabi (صلى الله عليه وسلم) bangun, karena takut bahwa itu mungkin adalah Jam (yaitu Hari Penghakiman). Dia pergi ke Masjid dan berdoa dengan Qiyam terpanjang, membungkuk dan sujud yang pernah saya lihat dia lakukan. Kemudian dia berkata, "Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini tidak terjadi karena hidup atau mati seseorang, tetapi Allah membuat para penyembah-Nya takut olehnya. Jadi ketika kamu melihat sesuatu darinya, mulailah mengingat Allah, berdoa kepada-Nya dan meminta ampunan-Nya."
Signifikansi Teologis Gerhana
Shalat gerhana (Salat al-Kusuf) adalah Sunnah yang dikonfirmasi yang ditetapkan oleh praktik Nabi. Gerhana adalah salah satu tanda besar kekuasaan Allah yang seharusnya menginspirasi refleksi dan kerendahan hati.
Kekhawatiran Nabi yang segera terhadap Hari Kiamat menunjukkan bagaimana orang beriman harus memandang fenomena kosmik - bukan hanya sebagai peristiwa alam belaka tetapi sebagai pengingat akan kekuatan ilahi dan perhitungan yang tak terhindarkan.
Tafsir Tanggapan Kenabian
Berdiri, rukuk, dan sujud yang berkepanjangan menunjukkan keseriusan dengan mana umat Islam harus mendekati tanda-tanda seperti itu. Durasi shalat yang diperpanjang mencerminkan ketundukan total dan doa yang sungguh-sungguh.
Nabi secara eksplisit mengoreksi takhayul umum bahwa gerhana terjadi karena kelahiran atau kematian orang-orang terkenal. Ini menetapkan posisi Islam melawan kepercayaan astrologi dan menegaskan sebab-akibat ilahi.
Panduan Praktis bagi Orang Beriman
Ketika menyaksikan gerhana, umat Islam harus: segera melaksanakan shalat, banyak mengingat Allah, memohon ampunan, memberikan sedekah, dan membebaskan budak jika memungkinkan - seperti yang disebutkan dalam riwayat lain.
Tanggapan kolektif menekankan ibadah komunitas dan kebangkitan spiritual daripada hanya rasa ingin tahu ilmiah, meskipun keduanya memiliki tempat yang tepat dalam tradisi Islam.