حَدَّثَنَا مَحْمُودٌ، قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ انْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Bakar

Pada masa hidup Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) matahari gerhana dan dia keluar menyeret pakaiannya sampai dia sampai di Masjid. Orang-orang berkumpul di sekelilingnya dan dia memimpin mereka dan mempersembahkan dua rakat. Ketika matahari (gerhana) cerah, dia berkata, "Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah; mereka tidak gerhana karena kematian seseorang, dan ketika gerhana terjadi, berdoalah dan memohon kepada Allah sampai gerhana berakhir." Kebetulan seorang putra Nabi (صلى الله عليه وسلم) bernama Ibrahim meninggal pada hari itu dan orang-orang membicarakannya (mengatakan bahwa gerhana disebabkan oleh kematiannya).

Comment

Gerhana - Sahih al-Bukhari 1063

Pada masa hidup Rasulullah (ﷺ) (s.a.w), matahari mengalami gerhana dan beliau keluar sambil menyeret pakaiannya hingga sampai di Masjid. Orang-orang berkumpul di sekitarnya dan beliau memimpin mereka serta menunaikan dua rakaat. Ketika matahari (gerhana) selesai, beliau berkata, "Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah; mereka tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan oleh karena itu ketika gerhana terjadi, salatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana selesai." Kebetulan seorang putra Nabi (ﷺ) bernama Ibrahim meninggal pada hari itu dan orang-orang membicarakan hal itu (mengatakan bahwa gerhana disebabkan oleh kematiannya).

Komentar tentang Salat Gerhana

Tanggapan langsung Nabi terhadap gerhana matahari menunjukkan bahwa itu adalah waktu untuk salat dan mengingat Allah, bukan untuk urusan duniawi. Ketergesa-gesaannya pergi ke masjid, bahkan menyeret pakaiannya, menunjukkan urgensi dan pentingnya berpaling kepada Allah selama peristiwa langit seperti itu.

Salat dua rakaat yang dilakukan dikenal sebagai Salat al-Kusuf (Salat Gerhana), yang memiliki metode khusus melibatkan bacaan yang panjang, rukuk, dan berdiri. Ini membedakannya dari salat biasa dan menekankan keseriusan kesempatan tersebut.

Penyangkalan terhadap Takhayul

Nabi secara eksplisit mengoreksi kepercayaan umum pra-Islam bahwa gerhana terjadi karena kematian tokoh penting. Dengan menyatakan bahwa matahari dan bulan adalah di antara tanda-tanda Allah, beliau menegaskan ketundukan mereka pada tatanan ilahi dan hukum alam yang ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Ajaran ini menghilangkan takhayul dan menetapkan bahwa fenomena langit adalah bagian dari sistem sempurna Allah, terjadi karena kebijaksanaan dan perintah-Nya, bukan sebagai pertanda atau reaksi terhadap peristiwa duniawi.

Tanggapan Spiritual terhadap Fenomena Alam

Instruksi untuk salat dan berdoa kepada Allah selama gerhana mengajarkan umat Islam untuk merespons peristiwa alam dengan ibadah daripada ketakutan atau spekulasi. Ini mengubah apa yang bisa menjadi momen kecemasan menjadi peluang untuk pertumbuhan spiritual dan hubungan dengan Yang Ilahi.

Waktu yang bertepatan dengan kematian putranya Ibrahim memberikan demonstrasi praktis bahwa bahkan kesedihan pribadi tidak boleh mengalihkan dari pelaksanaan agama yang benar dan pemahaman tentang tanda-tanda ilahi.