Sebuah minuman (susu yang dicampur dengan air) dibawa kepada Nabi (ﷺ) yang meminumnya sementara seorang anak laki-laki duduk di sebelah kanannya dan orang tua di sebelah kirinya. Nabi (ﷺ) berkata kepada anak laki-laki itu, “Jika Anda mengizinkan saya, saya akan memberikan (sisa minuman) kepada orang-orang tua ini terlebih dahulu.” Bocah itu berkata, “Aku tidak akan lebih memilih siapa pun dari diriku dalam hal bagianku, wahai Rasulullah (ﷺ)!” Nabi (ﷺ) kemudian meletakkan wadah itu di tangan anak itu. (Lihat Hadis No. 541).
Konteks dan Signifikansi Hadis
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 2602 menunjukkan tata krama teladan Nabi dalam menghormati hak-hak orang lain, bahkan ketika berurusan dengan anak kecil. Nabi (ﷺ) tidak menegaskan otoritasnya melainkan meminta izin, mengajarkan kita pentingnya menghormati hak-hak orang lain tanpa memandang usia atau status mereka.
Komentar Ilmiah tentang Etiket
Ulama klasik menjelaskan bahwa sisi kanan memiliki preferensi dalam etiket Islam, sebagaimana ditetapkan oleh praktik Nabi. Anak itu duduk di posisi kehormatan, dan Nabi mengakui hal ini.
Imam al-Nawawi berkomentar bahwa hadis ini menetapkan prinsip bahwa ketika minuman dibagikan, mereka yang di sebelah kanan memiliki prioritas kecuali mereka dengan rela melepaskan hak mereka.
Kebijaksanaan Pedagogis
Pendekatan Nabi menunjukkan metodologi pendidikan yang mendalam. Daripada memerintah, dia berkonsultasi dan mendidik melalui contoh praktis.
Ibn Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fath al-Bari bahwa tindakan Nabi mengajarkan baik anak itu maupun para tetua tentang hak-hak, konsultasi, dan saling menghormati dalam satu interaksi yang indah.
Implikasi Hukum
Ulama menyimpulkan dari ini bahwa hak orang di sebelah kanan seseorang didahulukan dalam hal distribusi makanan dan minuman.
Tanggapan tegas anak itu, meskipun tampaknya berani, sebenarnya adalah penegasan hak yang sah yang segera dihormati oleh Nabi, menetapkan bahwa hak-hak dalam Islam adalah suci tanpa memandang usia pengklaim.