Minuman (susu dan air) dibawa kepada Rasulullah (ﷺ) sementara seorang anak laki-laki duduk di sisi kanannya dan orang-orang tua duduk di sisi kirinya. Dia bertanya kepada anak itu, “Maukah kamu mengizinkan aku memberikannya kepada (orang-orang) ini?” Anak itu berkata, “Tidak, demi Allah, saya tidak akan membiarkan siapa pun mengambil hak saya dari Anda.” Kemudian Nabi meletakkan mangkuk itu di tangan anak laki-laki itu.
Hadiah - Sahih al-Bukhari 2605
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari menunjukkan kebijaksanaan kenabian yang mendalam dalam mengajarkan etika yang tepat dan menghormati hak-hak. Nabi (ﷺ), meskipun statusnya yang tinggi, meminta izin dari anak laki-laki muda sebelum memberikan minuman kepada para tetua di sebelah kirinya. Tindakan ini menetapkan prinsip Islam bahwa hak satu individu tidak dapat dipindahkan secara sewenang-wenang kepada orang lain, bahkan jika penerimanya lebih senior atau terhormat.
Komentar Ilmiah
Para ulama menjelaskan bahwa sisi kanan memiliki keutamaan khusus dalam tradisi Islam. Ketika Nabi meminta izin anak laki-laki itu, dia sedang mengajarkan Umat untuk menghormati hak pribadi dan persetujuan. Tanggapan tegas anak laki-laki itu, yang disumpah atas nama Allah, menunjukkan pemahaman yang tepat tentang haknya, yang dihormati Nabi dengan memberikannya mangkuk.
Hadis ini menetapkan beberapa prinsip hukum dan etika: pentingnya meminta izin, menghormati hak-hak anak, mempertahankan pengaturan tempat duduk yang tepat sesuai dengan keutamaan, dan menunjukkan bahwa usia saja tidak mengesampingkan hak yang telah ditetapkan. Tindakan Nabi memvalidasi konsep hak pribadi dalam yurisprudensi Islam.
Aplikasi Praktis
Ajaran ini berlaku dalam konteks modern di mana kita harus menghormati hak semua individu terlepas dari usia atau status. Ini mengajarkan para pemimpin untuk berkonsultasi dan menghormati mereka yang berada di bawah perawatan mereka, dan menetapkan bahwa hak-hak anak sah dan harus dihormati dalam hukum Islam.