حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو طَوَالَةَ ـ اسْمُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ـ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا ـ رضى الله عنه ـ يَقُولُ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي دَارِنَا هَذِهِ، فَاسْتَسْقَى، فَحَلَبْنَا لَهُ شَاةً لَنَا، ثُمَّ شُبْتُهُ مِنْ مَاءِ بِئْرِنَا هَذِهِ، فَأَعْطَيْتُهُ وَأَبُو بَكْرٍ عَنْ يَسَارِهِ، وَعُمَرُ تُجَاهَهُ وَأَعْرَابِيٌّ عَنْ يَمِينِهِ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ عُمَرُ هَذَا أَبُو بَكْرٍ‏.‏ فَأَعْطَى الأَعْرَابِيَّ، ثُمَّ قَالَ ‏"‏ الأَيْمَنُونَ، الأَيْمَنُونَ، أَلاَ فَيَمِّنُوا ‏"‏‏.‏ قَالَ أَنَسٌ فَهْىَ سُنَّةٌ فَهْىَ سُنَّةٌ‏.‏ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ‏.‏
Terjemahan
Narasi Anas

Suatu kali Rasulullah (ﷺ) mengunjungi kami di rumah kami ini dan meminta sesuatu untuk diminum. Kami memerah susu salah satu domba kami dan mencampurnya dengan air dari sumur kami ini dan memberikannya kepadanya. Abu Bakr duduk di sisi kirinya dan `Umar di depannya dan seorang Badui di sisi kanannya. Ketika Rasulullah (ﷺ) selesai, Umar berkata kepada Rasulullah (ﷺ), “Inilah Abu Bakr.” Tetapi Rasulullah (ﷺ) memberikan susu yang tersisa kepada Badui dan berkata dua kali, “Orang-orang di sebelah kanan! Jadi, mulailah dari sisi kanan.” Anas menambahkan, “Itu adalah sunnah (tradisi Nabi)” dan mengulanginya tiga kali.

Comment

Hadith tentang Preferensi Sisi Kanan

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari (2571) menunjukkan penekanan Kenabian dalam menghormati hak-hak mereka yang berada di sisi kanan seseorang, menetapkannya sebagai Sunnah yang abadi bagi komunitas Muslim.

Analisis Kontekstual

Kunjungan Nabi ke rumah tangga Anas ibn Malik menggambarkan sifatnya yang rendah hati, menerima keramahan sederhana. Kehadiran Abu Bakar dan Umar - sahabat senior - bersama seorang badui yang tidak dikenal menunjukkan penerapan keadilan Nabi yang tidak memihak.

Susu yang disiram dengan baik mewakili kesederhanaan kehidupan Muslim awal, sementara pengaturan tempat duduk memberikan konteks untuk keputusan hukum yang mengikutinya.

Keputusan Hukum yang Diperoleh

Keputusan utama menetapkan bahwa ketika mendistribusikan makanan, minuman, atau barang lain di antara suatu kelompok, seseorang harus memulai dengan mereka yang berada di sisi kanan. Ini berlaku bahkan jika mereka yang di kiri memiliki status yang lebih tinggi.

Pengulangan Nabi "Sisi kanan! Jadi, mulailah dari sisi kanan" menekankan pentingnya etiket ini, menjadikannya praktik yang sangat disarankan (mustahabb).

Penegasan tiga kali Anas ibn Malik bahwa "Ini adalah Sunnah" menunjukkan bahwa praktik ini membawa bobot tradisi Kenabian yang mapan, bukan hanya preferensi pribadi.

Dimensi Spiritual

Ajaran ini menumbuhkan keadilan dan mencegah favoritisme, memastikan semua yang hadir merasa sama-sama dihargai terlepas dari status sosial.

Sisi kanan memiliki pentingnya simbolis dalam tradisi Islam, menjadi sisi kehormatan dan preferensi dalam berbagai tindakan ibadah dan kehidupan sehari-hari.

Dengan memberikan prioritas kepada badui di atas sahabat terdekatnya, Nabi menunjukkan bahwa etiket Islam melampaui hubungan pribadi dan afiliasi kesukuan.

Aplikasi Praktis

Para ulama menerapkan keputusan ini ke berbagai skenario: menyajikan makanan di pertemuan, mendistribusikan amal, memberikan barang dalam pengaturan kelompok, dan bahkan dalam urutan melakukan wudhu dan ritual lainnya.

Prinsip ini melampaui arah fisik ke "hak" metaforis - memprioritaskan kebutuhan mereka yang memiliki klaim atau kebutuhan lebih besar.

Sunnah ini tetap relevan dalam konteks modern, mengingatkan Muslim untuk mempertahankan perlakuan yang adil dalam semua interaksi sosial.