حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، قَالَ هِشَامٌ حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ لاَ يَصُومُهُ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Ibnu 'Abbas

Orang-orang biasa menganggap pelaksanaan 'umrah pada bulan-bulan haji sebagai perbuatan jahat di bumi, dan mereka biasa menyebut bulan Muharram sebagai Safar dan biasa berkata, "Ketika (luka-luka di atas) punggung (unta) telah sembuh dan bekas kaki (unta) telah lenyap (setelah datang dari haji), maka 'Umra menjadi sah bagi orang yang ingin melakukan 'Umra'. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan para sahabatnya tiba di Mekkah dengan mengambil ihram untuk haji pada tanggal empat Dzulhijjah. Nabi (صلى الله عليه وسلم) memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan 'umrah (dengan lhram itu bukan haji). Mereka bertanya, "Ya Rasul Allah! Finishing Ihram seperti apa?" Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Selesaikan Ihram sepenuhnya."