Orang-orang Mekah meminta Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) untuk menunjukkan kepada mereka mukjizat. Jadi dia menunjukkan kepada mereka bulan yang terbelah menjadi dua bagian di mana mereka melihat gunung Hira'.
Pembelahan Bulan: Sebuah Mukjizat yang Nyata
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari (3868) menggambarkan salah satu mukjizat terbesar (mu'jizat) yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ, terjadi sekitar lima tahun sebelum Hijrah ketika kaum Quraisy menantangnya untuk menunjukkan tanda kenabiannya.
Konteks Sejarah dan Komentar Ulama
Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa ini terjadi pada malam bulan purnama ketika orang-orang kafir menuntut: "Jika kamu benar-benar seorang nabi, belahlah bulan untuk kami." Nabi ﷺ mengangkat tangannya dalam doa, dan bulan terlihat terpisah menjadi dua bagian yang berbeda.
Al-Qurtubi mencatat bahwa gunung Hira' yang terlihat di antara bagian-bagian yang terbelah berfungsi sebagai bukti definitif bahwa ini bukan hanya fenomena astronomi tetapi kejadian supernatural yang melanggar hukum alam dengan izin Ilahi.
Signifikansi Teologis
Mukjizat ini menunjukkan kekuasaan Allah atas ciptaan dan berfungsi sebagai validasi abadi atas kenabian Muhammad ﷺ. Tidak seperti mukjizat sementara, tanda ini tetap dapat diakses oleh generasi berikutnya melalui transmisi yang dapat diandalkan (tawatur).
Ibn Kathir menekankan bahwa meskipun menyaksikan bukti yang jelas ini, sebagian besar Quraisy tetap dalam ketidakpercayaan, menganggapnya sebagai sihir—mengungkapkan bagaimana kekerasan kepala dapat membutakan orang terhadap kebenaran yang paling jelas sekalipun.
Koroborasi Quranik
Peristiwa ini secara eksplisit disebutkan dalam Surah al-Qamar (54:1): "Hari Kiamat telah dekat, dan bulan telah terbelah." Kedekatan Hari Kiamat yang disebutkan merujuk pada awal tanda-tandanya melalui kenabian Muhammad ﷺ, seperti yang dijelaskan oleh para penafsir klasik.