حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ـ رضى الله عنه أَنَّ أَهْلَ، مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ، حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Abbas

Selama masa hidup Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bulan terbelah (menjadi dua tempat).

Comment

Pembelahan Bulan: Sebuah Mukjizat Ilahi

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 3870 dalam "Keutamaan Para Penolong di Madinah (Ansaar)" menggambarkan salah satu mukjizat paling mendalam yang diberikan kepada Nabi Muhammad (ﷺ). Pembelahan bulan (inshiqāq al-qamar) terjadi sebagai tanggapan atas permintaan orang-orang kafir akan suatu tanda, menunjukkan kekuasaan Allah dan mengukuhkan pesan Nabi.

Konteks Sejarah dan Interpretasi Ilmiah

Sarjana klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa mukjizat ini terjadi di Mina sekitar lima tahun sebelum Hijrah. Bulan terbelah menjadi dua bagian yang terpisah dan kemudian bergabung kembali, disaksikan oleh banyak orang di Mekah.

Imam al-Qurtubi mencatat bahwa peristiwa ini secara eksplisit disebutkan dalam Al-Quran (54:1): "Hari Kiamat telah dekat, dan bulan telah terbelah," memberikan konfirmasi kitab suci atas kejadian mukjizat di luar sekadar narasi sejarah.

Signifikansi Teologis

Mukjizat ini melayani berbagai tujuan: menanggapi tantangan para skeptis, menunjukkan kendali Allah atas ciptaan, dan mengukuhkan kebenaran kenabian Nabi Muhammad (ﷺ). Seperti yang dinyatakan Imam al-Nawawi, tanda-tanda yang jelas seperti ini diberikan kepada komunitas awal untuk memperkuat iman mereka selama periode Mekah yang sulit.

Sifat sementara dari mukjizat ini mencerminkan kebijaksanaan ilahi - ia memberikan bukti yang cukup bagi pencari yang tulus sambil mempertahankan prinsip bahwa iman pada akhirnya bergantung pada keyakinan spiritual daripada mukjizat fisik yang berkelanjutan.