حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ أَخْبَرَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ، قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَوْ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الأَنْصَارُ لاَ يُحِبُّهُمْ إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Al-Bara

Saya mendengar Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata (atau Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata), "Tidak ada yang mencintai Ansar kecuali orang yang beriman, dan tidak ada yang membenci mereka kecuali seorang munafik. Maka Allah akan mengasihi orang yang mengasihi mereka, dan Dia akan membenci orang yang membenci mereka."

Comment

Keutamaan Para Penolong di Madinah (Anshar)

Sahih al-Bukhari 3783

Teks Hadis

"Aku mendengar Nabi (ﷺ) berkata (atau Nabi (ﷺ) bersabda), 'Tidak ada yang mencintai Anshar kecuali seorang mukmin, dan tidak ada yang membenci mereka kecuali seorang munafik. Maka Allah akan mencintai orang yang mencintai mereka, dan Dia akan membenci orang yang membenci mereka.'"

Komentar tentang Hadis

Hadis mulia ini menetapkan kriteria mendasar untuk membedakan iman sejati dari kemunafikan. Anshar, para penolong mulia di Madinah, mengorbankan segalanya untuk Islam - harta, rumah, dan keamanan mereka - untuk menyambut dan mendukung Muhajirin ketika mereka tidak memiliki apa-apa.

Mencintai mereka tidak terpisahkan dari iman karena hal ini mengakui pengorbanan besar mereka untuk tujuan Allah. Dukungan mereka memungkinkan berdirinya negara Islam pertama. Membenci mereka menunjukkan hati yang sakit yang menolak apa yang menyenangkan Allah.

Balasan ilahi yang disebutkan - bahwa Allah mencintai orang yang mencintai Anshar dan membenci orang yang membenci mereka - menunjukkan betapa seriusnya masalah ini di mata Allah. Ini bukan sekadar keterikatan emosional tetapi mencerminkan penerimaan seseorang terhadap sejarah dan nilai-nilai Islam.

Wawasan Ilmiah

Imam al-Qurtubi menyatakan: "Hadis ini membuktikan keunggulan Anshar dan bahwa mencintai mereka adalah dari kesempurnaan iman, sementara membenci mereka adalah dari tanda-tanda kemunafikan."

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan: "Hubungan antara mencintai Anshar dan iman adalah karena dukungan mereka untuk Islam murni untuk keridhaan Allah, sehingga mencintai mereka berarti mencintai apa yang menyenangkan Allah."

Al-Nawawi berkomentar: "Hadis ini menetapkan bahwa di antara tanda-tanda orang beriman sejati adalah cinta terhadap apa pun dan siapa pun yang Allah cintai, dan di antara tanda-tanda munafik adalah sebaliknya."