حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ، يَقُولُ عُدْنَا خَبَّابًا فَقَالَ هَاجَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم نُرِيدُ وَجْهَ اللَّهِ، فَوَقَعَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ، فَمِنَّا مَنْ مَضَى، لَمْ يَأْخُذْ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا، مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ، وَتَرَكَ نَمِرَةً، فَكُنَّا إِذَا غَطَّيْنَا بِهَا رَأْسَهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ، وَإِذَا غَطَّيْنَا رِجْلَيْهِ بَدَا رَأْسُهُ، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نُغَطِّيَ رَأْسَهُ، وَنَجْعَلَ عَلَى رِجْلَيْهِ شَيْئًا مِنْ إِذْخِرٍ‏.‏ وَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ فَهْوَ يَهْدِبُهَا‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Umar

Saya mendengar Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Imbalan perbuatan tergantung pada niatnya, jadi barangsiapa beremigrasi untuk keuntungan duniawi atau untuk menikahi seorang wanita, emigrasinya adalah untuk apa yang dia berhijrah, tetapi barangsiapa beremigrasi demi Allah dan Rasul-Nya, emigrasinya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya."

Comment

Hadis Niat - Sahih al-Bukhari 3898

Dari Buku: Keutamaan Para Penolong di Madinah (Anshar)

Penulis: Sahih al-Bukhari

Analisis Teks

Hadis mulia ini menetapkan prinsip dasar bahwa tindakan dinilai berdasarkan niatnya. Nabi ﷺ membedakan antara dua jenis muhajirin: mereka yang mencari keuntungan duniawi dan mereka yang mencari keridhaan ilahi.

Frasa "pahala perbuatan tergantung pada niat" berarti keabsahan dan penerimaan ibadah bergantung pada niat tulus yang diarahkan hanya kepada Allah.

Komentar Ulama

Imam al-Nawawi menyatakan bahwa hadis ini adalah salah satu teks dasar Islam, mencakup sepertiga pengetahuan Islam. Ia mengajarkan bahwa tindakan fisik belaka tanpa niat yang benar tidak bernilai secara spiritual.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa niat mengubah tindakan biasa menjadi ibadah ketika diarahkan kepada Allah. Muhajirin yang mencari manfaat duniawi hanya menerima apa yang dia niatkan, sementara yang berhijrah untuk Allah menerima pahala tak terbatas.

Al-Qurtubi menekankan bahwa hadis ini menetapkan prinsip ikhlas sebagai landasan semua ibadah yang diterima, melindungi tindakan dari dibatalkan oleh riya atau motif duniawi.

Implikasi Praktis

Ajaran ini berlaku untuk semua ibadah: shalat, puasa, sedekah, dan bahkan aktivitas sehari-hari ketika dilakukan dengan niat yang benar.

Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa niat harus mendahului tindakan, diperbarui secara terus-menerus, dan dimurnikan dari motif yang merusak sepanjang durasi perbuatan.

Umat Muslim diingatkan untuk secara teratur memeriksa niat mereka, memastikan semua tindakan selaras dengan mencari keridhaan Allah saja, bukan pengakuan duniawi atau keuntungan pribadi.