حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ، عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رضى الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Ibnu `Abbas

Ketika Nabi (ﷺ) mengirim Mu'adh ke Yaman, dia berkata kepadanya, “Kamu akan pergi ke suatu bangsa dari Ahli Kitab, maka hendaklah yang pertama kali kamu undang mereka, jadilah Tauhid Allah. Jika mereka mengetahui hal itu, katakanlah kepada mereka bahwa Allah telah memerintahkan mereka, lima kali shalat dalam satu hari dan satu malam. Dan jika mereka berdoa, katakanlah kepada mereka bahwa Allah telah memerintahkan kepada mereka zakat dari harta benda mereka dan itu harus diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang miskin. Dan jika mereka setuju dengan itu, maka ambillah zakat dari mereka, tetapi jauhilah harta yang terbaik dari manusia.”

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7372

Primasi Tauhid dalam Dakwah

Narasi ini menetapkan metodologi fundamental penyebaran Islam: dimulai dengan fondasi iman sebelum memperkenalkan kewajiban praktis. Instruksi Nabi kepada Mu'adh menunjukkan urutan hierarkis ajaran Islam, di mana Tauhid (kesatuan ilahi) mendahului semua perintah lainnya.

Kebijaksanaannya terletak pada menetapkan keyakinan yang benar sebagai dasar untuk semua tindakan ibadah selanjutnya. Tanpa pemahaman yang tepat tentang keesaan Allah, shalat dan sedekah menjadi sekadar ritual tanpa makna spiritual.

Pendekatan Bertahap dalam Pengajaran Agama

Metodologi Nabi mencerminkan kebijaksanaan ilahi dalam mengajarkan Islam secara progresif daripada membebani Muslim baru dengan semua kewajiban sekaligus. Pendekatan ini mempertimbangkan kapasitas manusia dan memastikan pemahaman dan implementasi yang tepat.

Setiap tahap dibangun berdasarkan yang sebelumnya: Tauhid menetapkan hubungan dengan Sang Pencipta, shalat mempertahankan koneksi ini, dan Zakat memperluas kesadaran ini ke tanggung jawab sosial.

Kebijaksanaan Praktis dalam Pengumpulan Zakat

Instruksi untuk "menghindari harta terbaik masyarakat" mengandung kebijaksanaan sosial yang mendalam. Ini mencegah kesulitan bagi orang kaya sambil memastikan keberlanjutan dan penerimaan sistem Zakat.

Ini menunjukkan pendekatan seimbang Islam terhadap kewajiban agama, mempertimbangkan tujuan spiritual dan realitas praktis, memastikan bahwa ibadah memperkuat daripada membebani komunitas.