Nabi (ﷺ) berkata, “Wahai Mu'adh! Tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah SAW bersabda, “Untuk menyembah Dia (Allah) saja dan tidak menyatukan seorang pun dalam ibadah dengan Dia (Allah). ﷺ Tahukah kamu apa hak mereka atas Dia?” Saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi (ﷺ) berkata, “Jangan menghukum mereka (jika mereka melakukannya).
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7373
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) berkata, "Wahai Mu`adh! Tahukah kamu apa Hak Allah atas hamba-hamba-Nya?" Aku berkata, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Nabi (ﷺ) berkata, "Untuk menyembah-Nya (Allah) Sendirian dan tidak menyekutukan siapa pun dalam penyembahan dengan-Nya (Allah). Tahukah kamu apa hak mereka atas-Nya?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Nabi (ﷺ) berkata, "Tidak menghukum mereka (jika mereka melakukannya)."
Komentar Ilmiah
Hadis yang mendalam ini menetapkan prinsip dasar Tauhid (Keesaan Ilahi) yang merupakan fondasi Islam. Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah penyembahan monoteistik murni - mengarahkan semua tindakan penyembahan hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan mitra. Ini mencakup baik tindakan lahiriah maupun keyakinan batin.
Hak timbal balik hamba atas Allah menunjukkan rahmat dan keadilan-Nya yang tak terbatas. Ketika hamba memenuhi kewajiban Tauhid mereka, janji Allah untuk perlindungan dari hukuman menjadi mengikat pada Kehendak Ilahi-Nya. Ini mencerminkan keseimbangan sempurna antara hak-hak Allah dan rahmat-Nya terhadap ciptaan.
Format dialog antara Nabi dan Mu'adh ibn Jabal menekankan pentingnya ajaran ini, menjadikannya pelajaran dasar bagi setiap Muslim. Pengulangan "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu" menunjukkan etika yang tepat dalam mencari pengetahuan dan mengakui keunggulan pemahaman kenabian.