حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ، وَمَا أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللَّهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW berkata, “Ketika Allah menciptakan ciptaan, Dia menulis dalam kitab-Nya - dan Dia menulis (itu) tentang diri-Nya, dan ditempatkan bersama-Nya di atas takhta - “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan amarah-Ku.” ﷺ

Comment

Teks Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "Ketika Allah menciptakan Ciptaan, Dia menulis dalam Kitab-Nya--dan Dia menulis (itu) tentang Diri-Nya, dan itu ditempatkan bersama-Nya di atas Arsy--'Sesungguhnya Rahmat-Ku mengatasi Kemarahan-Ku.'"

Referensi: Sahih al-Bukhari 7404

Komentar tentang Rahmat Ilahi

Hadis mulia ini dari Kitab Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid) Sahih al-Bukhari mengungkapkan aspek mendasar dari sifat ilahi Allah. Penulisan terjadi sebelum penciptaan, menunjukkan pengetahuan abadi Allah dan ketetapan yang telah ditentukan. Penempatan di dekat Arsy menandakan pentingnya tertinggi dalam pemerintahan ilahi.

Deskripsi diri Allah menekankan bahwa Rahmat-Nya mencakup segala sesuatu, mengatasi Murka-Nya. Ini tidak menyiratkan kelemahan tetapi mencerminkan sifat sempurna-Nya dari Rahmaniyyah (rahmat universal) dan Rahimiyyah (rahmat khusus untuk orang beriman). Para ulama menjelaskan bahwa meskipun Kemarahan Allah nyata dan dibenarkan terhadap ketidaktaatan, Rahmat-Nya lebih komprehensif dan pada akhirnya menang.

Wawasan Ilmiah

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar bahwa hadis ini menghibur orang beriman, meyakinkan mereka bahwa rahmat Allah adalah karakteristik dominan dalam perlakuan-Nya dengan ciptaan. "Kitab" mengacu pada al-Lawh al-Mahfuz (Lauh Mahfuz) di mana semua ketetapan dicatat.

Al-Qurtubi mencatat bahwa deklarasi ini dibuat ketika ciptaan paling rentan, menunjukkan belas kasihan Allah dari awal. Keutamaan rahmat atas kemarahan mendorong harapan dan mencegah keputusasaan dalam pengampunan ilahi, sementara tidak meniadakan kenyataan hukuman bagi mereka yang terus-menerus menolak kebenaran.

Implikasi Praktis

Ajaran ini menginspirasi orang beriman untuk mewujudkan rahmat dalam pergaulan mereka, mencerminkan sifat ilahi dalam perilaku manusia. Ini menyeru umat Islam untuk menyeimbangkan ketakutan akan hukuman Allah dengan harapan akan rahmat-Nya, menghindari keputusasaan dan anggapan berlebihan.

Hadis ini berfungsi sebagai dasar untuk memahami nama-nama Allah al-Rahman dan al-Rahim, dan mendorong permohonan terus-menerus untuk rahmat ilahi sambil mengingatkan kita bahwa keadilan Allah tetap integral pada kesempurnaan-Nya.