Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok malaikat tinggal bersamamu pada malam hari dan (sekelompok) malaikat di siang hari, dan kedua kelompok itu berkumpul pada saat shalat 'Asr dan Fajar. ﷺ Kemudian malaikat-malaikat yang tinggal bersamamu semalam, naik (ke langit) dan Allah bertanya kepada mereka (tentang kamu), dan Dia mengetahui segala sesuatu tentang kamu. “Dalam keadaan apa kamu meninggalkan hamba-hamba-Ku?” Para malaikat menjawab, “Ketika kami meninggalkan mereka, mereka sedang berdoa, dan ketika kami sampai kepada mereka, mereka sedang berdoa. '”
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari - Hadis 7429
Analisis Teks
Hadis mulia ini dari Nabi Muhammad (ﷺ) mengungkapkan kehadiran terus-menerus malaikat yang mencatat perbuatan manusia dan bergantian dalam shift antara malam dan siang. Pertemuan terjadi pada dua shalat yang paling utama: Fajr (subuh) dan 'Asr (ashar).
Kenaikan malaikat kepada Allah menunjukkan sistem pertanggungjawaban ilahi dan kehormatan yang diberikan kepada orang-orang beriman yang terlibat dalam shalat. Pertanyaan Allah, meskipun pengetahuan-Nya sempurna, menunjukkan rahmat-Nya dan berfungsi sebagai sarana untuk mengangkat status hamba-hamba yang saleh di hadapan bala tentara langit.
Signifikansi Spiritual
Hadis ini menekankan pentingnya menjaga shalat, terutama shalat Fajr dan 'Asr, yang disaksikan oleh pergeseran shift malaikat. Ini berfungsi sebagai motivasi yang kuat bagi orang-orang beriman untuk konsisten dalam ibadah mereka.
Shalat terus-menerus yang disebutkan oleh malaikat menunjukkan keadaan koneksi spiritual dengan Allah sepanjang siang dan malam, di mana satu shalat mengarah ke shalat lainnya, dan orang beriman tetap dalam keadaan zikir dan ketaatan.
Implikasi Teologis
Narasi ini menegaskan atribut Allah tentang pengetahuan sempurna (Al-'Alim), karena Dia mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya sebelum bertanya kepada malaikat. Pertanyaan itu berfungsi untuk menunjukkan rahmat-Nya dan untuk menghormati orang-orang beriman.
Ini juga mengkonfirmasi realitas malaikat dan fungsi spesifik mereka dalam mencatat perbuatan manusia, yang merupakan artikel iman mendasar dalam Islam. Hadis ini memperkuat konsep pengawasan ilahi atas tindakan manusia dan pencatatan perbuatan yang teliti untuk Hari Penghakiman.