Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Jika seseorang memberikan sedekah yang setara dengan tanggal dari uang yang dihasilkannya dengan jujur - karena tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan -- maka Allah akan mengambilnya di tangan kanan-Nya dan membawanya untuk pemiliknya seperti siapa pun di antara kamu yang memelihara seekor kuda bayi, sampai ia menjadi seperti gunung.” Abu Huraira berkata: Nabi berkata, “Tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan.”
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7430
Teks Hadis
Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Jika seseorang bersedekah dengan sesuatu yang setara dengan sebutir kurma dari uangnya yang diperoleh dengan jujur ----karena tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan---- maka Allah akan mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya dan mengembangkannya untuk pemiliknya seperti salah satu dari kalian membesarkan anak kuda, hingga menjadi seperti gunung." Abu Huraira berkata: Nabi bersabda, "Tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan."
Komentar tentang Penerimaan Ilahi
Frasa "tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan" menetapkan bahwa Allah hanya menerima amal saleh yang dilakukan dengan ketulusan dan kemurnian. Spesifikasi "uang yang diperoleh dengan jujur" menekankan bahwa sumber sedekah harus halal, karena Allah Maha Suci dan hanya menerima apa yang suci.
Metafora Pembesaran Ilahi
Allah mengambil sedekah dengan Tangan Kanan-Nya menandakan kehormatan dan penerimaan. Perbandingan dengan membesarkan anak kuda menggambarkan bagaimana Allah mengolah dan melipatgandakan bahkan amal kebaikan terkecil. Seperti seekor anak kuda tumbuh menjadi kuda perkasa, sedekah tulus senilai sebutir kurma diperbesar menjadi proporsi seperti gunung dalam timbangan ilahi.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik mencatat bahwa pengulangan "tidak ada yang naik kepada Allah kecuali kebaikan" menekankan pentingnya mendasar. Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini menggabungkan syarat penghasilan halal dan niat tulus, menunjukkan bahwa kemurnian eksternal dan internal keduanya diperlukan untuk penerimaan ilahi.
Imam al-Nawawi berkomentar bahwa pembesaran pahala terjadi baik di dunia ini melalui berkah maupun di Akhirat melalui balasan berlipat ganda, mencerminkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas kepada mereka yang menaati-Nya dengan hati yang murni.