حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ، إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Musa

Seorang pria datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata, “Seseorang berjuang untuk kesombongan dan kesombongan, yang lain berjuang untuk keberanian, dan yang lain berjuang untuk pamer; manakah dari (kasus) ini (kasus) yang ada di jalan Allah?” Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang memperjuangkan bahwa Firman Allah (Islam) harus lebih unggul, berperang di jalan Allah.” ﷺ (Lihat Hadis No. 65, Jilid 4)

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7458

Teks Hadis

Seorang laki-laki datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata, "Seorang laki-laki berperang karena kesombongan dan keangkuhan, yang lain berperang karena keberanian, dan yang lain berperang untuk pamer; manakah dari (kasus-kasus) ini yang berada dalam Jalan Allah?" Nabi (ﷺ) berkata, "Orang yang berperang agar Firman Allah (Islam) menjadi unggul, berperang dalam Jalan Allah."

Komentar Ulama

Hadis ini menetapkan kriteria fundamental untuk jihad yang sah dalam Islam: niat tunggal harus untuk mengangkat Firman Allah dan menegakkan agama-Nya. Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa Nabi (ﷺ) menjelaskan bahwa pertempuran fisik belaka tanpa niat yang tepat tidak membentuk perjuangan fi sabilillah (dalam jalan Allah).

Tiga motif yang disebutkan - kesombongan, keberanian, dan pamer - mewakili niat-niat korup yang membatalkan pahala spiritual jihad. Kesombongan (kibr) melibatkan pemuliaan diri, keberanian (shujaa'ah) bisa hanya keberanian pribadi, dan pamer (riya') mencari pujian manusia daripada kesenangan ilahi.

Imam al-Nawawi menyatakan dalam Sharh Sahih Muslim-nya bahwa hadis ini menekankan prinsip Islam bahwa perbuatan dinilai berdasarkan niat. Tindakan eksternal berperang menjadi ibadah hanya ketika disertai dengan niat tulus untuk membuat agama Allah menjadi unggul.

Frasa "Firman Allah harus unggul" mengacu pada menegakkan Tauhid (monoteisme Islam) dan menerapkan Syariah. Ini mengecualikan motif pribadi, kesukuan, atau nasionalistik, berfokus murni pada tujuan ilahi.