Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) ketika dia berdiri di mimbar, berkata, “Masa tinggal Anda (di bumi) yang tersisa dibandingkan dengan bangsa-bangsa sebelum Anda, seperti periode antara shalat `Asr dan matahari terbenam. Umat Taurat diberi Taurat dan mereka melakukannya sampai tengah hari, dan kemudian mereka lelah dan diberikan untuk pekerjaan mereka, masing-masing satu Qirat. Kemudian umat Injil diberi Injil dan mereka bertindak berdasarkan itu sampai waktu shalat `Asr, dan kemudian mereka lelah dan diberi (untuk pekerjaan mereka), masing-masing satu Qirat. Kemudian kamu diberi Al-Qur'an dan kamu mengerjakannya sampai matahari terbenam, maka kamu masing-masing diberi dua qirat (dua kali lipat pahala bangsa-bangsa sebelumnya). Kemudian umat Taurat berkata, “Ya Tuhan kami! Orang-orang ini telah melakukan sedikit usaha (jauh lebih sedikit daripada kami) tetapi mereka menerima pahala yang lebih besar.” Allah berfirman: “Apakah aku menghalangi upahmu?” Mereka berkata, “Tidak.” Kemudian Allah berfirman: “Itulah nikmat-Ku yang Kuberikan kepada siapa yang Aku kehendaki. '”
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7467
Komentar Hadis
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari ini menggambarkan hikmah ilahi Allah dalam membagikan pahala. Nabi ﷺ membandingkan durasi umat-umat sebelumnya dengan jam terakhir sebelum matahari terbenam, menekankan keberadaan temporal Umat yang singkat namun pahala spiritual yang melimpah.
"Qirat" mewakili ukuran pahala ilahi. Sementara komunitas sebelumnya bekerja lebih lama di bawah wahyu masing-masing, Umat Muslim menerima balasan ganda untuk periode pengamalan yang lebih singkat—menunjukkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas (Tauhid al-Rububiyyah).
Jawaban Allah "Apakah Aku menahan sesuatu dari pahalamu?" menegaskan keadilan ilahi sementara "Itu adalah Karunia-Ku yang Aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki" menetapkan kedaulatan mutlak Allah dalam memberikan berkah—aspek mendasar dari monoteisme Islam.
Riwayat ini mengajarkan kepuasan dengan ketetapan ilahi dan menolak mempertanyakan pembagian karunia Allah, karena hanya Dia yang memiliki hikmah sempurna dalam pembagian pahala dan ujian-Nya.