Bahwa dia berselisih dengan Al-Hurr bin Qais bin Hisn Al-Fazari tentang teman Musa, (yaitu, apakah dia Kha, dir atau tidak). Ubai bin Ka'b Al-Ansari melewati mereka dan Ibnu 'Abbas memanggilnya sambil berkata, 'Sahabatku (Hur) dan aku berselisih tentang Sahabat Musa, yang Musa minta jalan untuk bertemu. Apakah Anda mendengar Rasulullah (ﷺ) menyebutkan sesuatu tentang dia?” Ubai berkata, “Ya, aku mendengar Rasulullah berkata, “Ketika Musa sedang duduk bersama beberapa orang Israel, seorang pria datang kepadanya dan bertanya, 'Apakah kamu mengenal seseorang yang lebih terpelajar daripada kamu (Musa)? ' Musa berkata, “Tidak.” Maka Allah mengirimkan ilham Ilahi kepada Musa: “Ya, Hamba Kami Khadir lebih terpelajar daripada Anda.” Musa bertanya kepada Allah bagaimana menemuinya (Khadir). Maka Allah menjadikan ikan itu sebagai tanda baginya dan dikatakan kepadanya, 'Jika Anda kehilangan ikan, kembalilah (ke tempat di mana Anda kehilangannya) dan Anda akan bertemu dengannya. ' Maka Musa terus mencari tanda ikan di laut. Hamba anak laki-laki Musa (yang menemaninya) berkata kepadanya, “Apakah kamu ingat (apa yang terjadi) ketika kami berangkat ke batu karang? Sesungguhnya aku lupa memberitahumu (tentang) ikan itu. Tidak ada seorang pun kecuali Setan yang membuatku lupa memberitahukan hal itu kepadamu.” (18:63) Musa berkata: “Itulah yang kami cari.” Maka mereka kembali menelusuri jejak mereka. (18:64). Maka mereka berdua menemukan Kadir (di sana) dan kemudian terjadi apa yang Allah sebutkan tentang mereka (dalam Al-Qur'an). (Lihat 18.60- 82)
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7478
Komentar tentang Hadis Musa dan Khadir
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari menetapkan prinsip dasar bahwa pengetahuan ilahi melampaui pengetahuan manusia. Musa, meskipun merupakan nabi besar dan penerima wahyu ilahi, diarahkan untuk mencari pengetahuan dari Khadir, menunjukkan bahwa kebijaksanaan berasal dari Allah saja dan dapat diberikan kepada hamba-hamba yang berbeda dalam ukuran yang bervariasi.
Pertukaran antara Musa dan orang Israel menyoroti pentingnya kerendahan hati dalam pengetahuan. Ketika ditanya apakah dia mengenal seseorang yang lebih berilmu, Musa awalnya merespons secara negatif, menunjukkan bahwa bahkan nabi tidak memiliki pengetahuan komprehensif tentang semua hal. Ini mengajarkan kita untuk tidak pernah berasumsi bahwa kita memiliki pemahaman yang lengkap.
Instruksi Allah untuk mengikuti tanda ikan menggambarkan bahwa bimbingan ilahi sering datang melalui tanda-tanda halus yang memerlukan kewaspadaan. Kelupaan hamba, yang dikaitkan dengan pengaruh Setan, menunjukkan bagaimana gangguan dapat mencegah kita mengenali tanda-tanda Allah.
Perjalanan kembali untuk menemukan tanda yang hilang menekankan pentingnya ketekunan dalam mencari pengetahuan dan kembali ke tempat kita kehilangan koneksi dengan bimbingan ilahi. Ini mencerminkan perjalanan spiritual di mana orang beriman harus menelusuri kembali langkah-langkah mereka ketika mereka menyimpang dari jalan kebenaran.
Pada akhirnya, hadis ini memperkuat Tauhid dengan menunjukkan bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah, dan bahkan nabi harus mengakui keterbatasan mereka di hadapan kebijaksanaan ilahi. Ini mengajarkan kerendahan hati, ketekunan dalam mencari pengetahuan, dan pengakuan bahwa kebijaksanaan Allah terwujud melalui berbagai cara dan orang.