حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ إِذَا قَضَى اللَّهُ الأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ ـ قَالَ عَلِيٌّ وَقَالَ غَيْرُهُ صَفَوَانٍ ـ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ‏"‏‏.‏ قَالَ عَلِيٌّ وَحَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، بِهَذَا‏.‏ قَالَ سُفْيَانُ قَالَ عَمْرٌو سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ،‏.‏ قَالَ عَلِيٌّ قُلْتُ لِسُفْيَانَ قَالَ سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، قَالَ نَعَمْ‏.‏ قُلْتُ لِسُفْيَانَ إِنَّ إِنْسَانًا رَوَى عَنْ عَمْرٍو عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَرْفَعُهُ أَنَّهُ قَرَأَ فُزِّعَ‏.‏ قَالَ سُفْيَانُ هَكَذَا قَرَأَ عَمْرٌو فَلاَ أَدْرِي سَمِعَهُ هَكَذَا أَمْ لاَ، قَالَ سُفْيَانُ وَهْىَ قِرَاءَتُنَا‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Allah tidak pernah mendengarkan apa pun sebagaimana Dia mendengarkan Nabi (ﷺ) membaca Al-Qur'an dengan suara manis yang menyenangkan.” Seorang teman Abu Huraira berkata, “Maksudnya, membaca Al-Qur'an dengan lantang.”

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7482

Teks Hadis

Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah tidak pernah mendengarkan sesuatu seperti Dia mendengarkan Nabi (ﷺ) membaca Al-Qur'an dengan suara yang merdu dan indah." Seorang sahabat Abu Huraira berkata, "Maksudnya, membaca Al-Qur'an dengan suara keras."

Komentar Ilmiah

Hadis mulia ini menetapkan status luhur dari bacaan Al-Qur'an yang indah di hadapan ilahi. Frasa "Allah tidak pernah mendengarkan sesuatu seperti Dia mendengarkan" menunjukkan perhatian ilahi yang khusus dan tak tertandingi yang melampaui pendengaran biasa.

Spesifikasi "suara yang merdu dan indah" (taghanna) mengacu pada memperindah bacaan seseorang dalam batas yang diizinkan, bukan inovasi musik. Ini termasuk tajwid yang benar, irama yang terukur, dan keterlibatan emosional yang mencerminkan keagungan Al-Qur'an.

Klarifikasi sahabat "membaca dengan suara keras" menekankan bahwa keunggulan ini berlaku untuk bacaan yang terdengar, yang menggabungkan berkah lidah, telinga, dan hati. Ini menunjukkan bahwa perindahan eksternal, ketika dipasangkan dengan penghormatan internal, menjadi sarana kedekatan ilahi.

Hadis ini menginspirasi orang beriman untuk menyempurnakan bacaan mereka sambil menjaga keseimbangan antara keunggulan artistik dan kerendahan hati spiritual, menyadari bahwa pendengar utama adalah Allah sendiri.