حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ ـ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ ـ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي جِبْرِيلُ فِي السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الأَرْضِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Jika Allah mengasihi seseorang, Dia memanggil Jibril, dengan berkata, 'Allah mencintai begitu dan begitu, wahai Jibril cintainya. 'Jadi Jibril akan mencintainya dan kemudian akan membuat pengumuman di Surga: 'Allah telah mencintai begitu dan jadi karena itu kamu harus mencintainya juga.' Jadi semua penghuni langit akan mencintainya, dan kemudian dia diberikan kesenangan dari orang-orang di bumi.” (Lihat Hadis No. 66, Jilid 8)

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7485

Teks Hadis

Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Jika Allah mencintai seseorang, Dia memanggil Jibril, berkata, 'Allah mencintai si fulan, wahai Jibril cintailah dia.' Maka Jibril akan mencintainya dan kemudian mengumumkan di Langit: 'Allah telah mencintai si fulan, oleh karena itu kalian juga harus mencintainya.' Maka semua penghuni Langit akan mencintainya, dan kemudian dia diberikan kesenangan dari orang-orang di bumi."

Komentar tentang Cinta Ilahi

Hadis mulia ini mengungkapkan realitas mendalam bahwa cinta Allah adalah sumber utama dari semua penerimaan. Ketika Allah Yang Mahakuasa mencintai seorang hamba, Dia mewujudkan cinta ini melalui malaikat dan ciptaan-Nya. Rantai dimulai dengan Jibril - utusan yang terpercaya - kemudian meluas ke semua makhluk langit, dan akhirnya mencapai penghuni bumi.

Ulama Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa ini menunjukkan bagaimana cinta ilahi mendahului dan menyebabkan cinta ciptaan. Cinta Allah bukan hanya konsep abstrak tetapi mewujud dalam cara yang nyata melalui penerimaan yang ditemukan di antara orang-orang.

Signifikansi Teologis

Hadis ini menetapkan beberapa aspek penting dari akidah Islam: Pertama, ini mengkonfirmasi sifat cinta Allah (mahabba) dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya. Kedua, ini menunjukkan hierarki penciptaan dengan Allah sebagai sumber utama, diikuti oleh malaikat, kemudian manusia. Ketiga, ini menunjukkan bahwa penerimaan sejati di antara orang-orang pada akhirnya adalah karunia ilahi yang dihasilkan dari keridhaan Allah.

Imam al-Qurtubi mencatat bahwa cinta ilahi ini diperoleh melalui ketaatan pada perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya. Cinta ciptaan kemudian mengikuti sebagai konsekuensi alami dari penerimaan ilahi.

Implikasi Praktis

Orang beriman yang bijak memahami bahwa mencari cinta orang secara langsung adalah sia-sia; sebaliknya, seseorang harus fokus untuk mendapatkan cinta Allah melalui ibadah yang tulus dan perbuatan baik. Ketika Allah mencintai seorang hamba, Dia membuat mereka dicintai oleh ciptaan-Nya.

Hadis ini juga mengajarkan kita tentang keterkaitan antara alam spiritual dan fisik, menunjukkan bagaimana keputusan ilahi di langit mewujud dalam realitas duniawi.