Nabi (ﷺ) berkata, Jibril datang kepadaku dan memberiku kabar gembira bahwa siapa pun yang mati tanpa menyembah apa pun selain Allah, akan masuk surga. Saya bertanya (Gabriel), 'Bahkan jika dia melakukan pencurian, dan bahkan jika dia melakukan hubungan seksual ilegal? ' Dia menjawab, “Ya, bahkan jika dia melakukan pencurian, bahkan jika dia melakukan hubungan seksual ilegal.”
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7487
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) berkata, Jibril datang kepadaku dan memberiku kabar gembira bahwa siapa pun yang meninggal tanpa menyembah apa pun selain Allah, akan masuk Surga. Aku bertanya (kepada Jibril), 'Bahkan jika dia melakukan pencurian, dan bahkan jika dia melakukan hubungan seksual yang tidak sah?' Dia berkata, '(Ya), bahkan jika dia melakukan pencurian, dan bahkan jika dia melakukan hubungan seksual yang tidak sah.
Komentar Ilmiah
Hadis ini menetapkan prinsip mendasar bahwa Tauhid yang tulus (monoteisme) adalah sarana keselamatan tertinggi. Pertanyaan Nabi menunjukkan besarnya rahmat ilahi ini, menguji batasnya dengan dosa-dosa besar. Penegasan Jibril mengungkapkan bahwa meskipun dosa-dosa besar adalah pelanggaran serius, mereka tidak selalu membatalkan iman mendasar seseorang pada keesaan Allah.
Para ulama menjelaskan bahwa ini merujuk pada mereka yang mempertahankan dasar Tauhid meskipun jatuh ke dalam dosa, bukan mereka yang bertahan dalam dosa tanpa pertobatan. Hadis ini menekankan bahwa syirik (menyekutukan Allah) adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni jika tidak bertobat, sementara dosa-dosa lain dapat diampuni melalui rahmat Allah yang tak terbatas.
Riwayat ini berfungsi sebagai peringatan terhadap syirik dan dorongan bagi para pendosa untuk kembali ke monoteisme murni, menunjukkan bahwa rahmat Allah mencakup semua yang meninggal dalam keadaan Tauhid, terlepas dari pelanggaran sebelumnya.