حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ تَحَاسُدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهْوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَهْوَ يَقُولُ لَوْ أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ هَذَا، لَفَعَلْتُ كَمَا يَفْعَلُ‏.‏ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهْوَ يُنْفِقُهُ فِي حَقِّهِ فَيَقُولُ لَوْ أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Ayah Salim

Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah menghendaki menjadi seperti dua orang (orang): seseorang yang Allah telah memberikan pengetahuan tentang Al-Qur'an dan dia membacanya pada jam-jam malam dan siang hari; dan seorang pria yang Allah berikan harta dan dia menghabiskannya (di jalan Allah) pada malam hari dan pada siang hari.” ﷺ

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7529

Penjelasan Hadis

Hadis mulia ini mengarahkan aspirasi mukmin kepada dua contoh terpuji: ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang kaya yang berinfak dalam ketaatan kepada Allah. Keduanya memanfaatkan nikmat mereka dalam ibadah yang terus-menerus, siang dan malam.

Yang pertama diberi pengetahuan Al-Qur'an - bukan hanya bacaannya tetapi pemahaman dan penerapannya. Bacaannya mencakup siang dan malam, menunjukkan keteguhan dalam pengabdian dan penerapan bimbingan ilahi dalam semua urusan.

Yang kedua diberi kekayaan yang dia salurkan melalui saluran amal dan kebaikan yang sah. Pengeluarannya tidak sesekali tetapi terus-menerus, menunjukkan bahwa kekayaannya adalah amanah dari Allah untuk digunakan dalam pelayanan-Nya.

Komentar Ilmiah

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini mendorong peneladanan terhadap mereka yang memanfaatkan nikmat dengan benar. Larangan untuk berharap menjadi seperti orang lain kecuali kedua ini mencegah iri hati dan mengarahkan ambisi menuju persaingan yang benar.

Al-Qurtubi mencatat bahwa kedua contoh ini mewakili penggunaan terbaik ilmu dan kekayaan - dua nikmat terbesar setelah iman itu sendiri. Pelayanan mereka yang terus-menerus siang dan malam menunjukkan ketulusan dan pengabdian yang melampaui ritual belaka.

Ibn Rajab al-Hanbali mengamati bahwa kombinasi ilmu dan amal dalam contoh pertama, dan kekayaan serta pengeluaran dalam contoh kedua, menunjukkan bahwa nikmat sejati terletak bukan pada kepemilikan tetapi pada pemanfaatan yang tepat untuk keridhaan Allah.

Penerapan Praktis

Mukmin harus bercita-cita berada di antara dua kategori ini: baik sebagai ulama yang mengamalkan ilmu atau dermawan yang berinfak dengan benar. Jika seseorang memiliki ilmu dan kekayaan, keutamaannya lebih besar lagi.

Ajaran ini mengalihkan sifat manusia dari persaingan duniawi menuju keunggulan spiritual, mengubah iri hati yang berpotensi merusak menjadi peneladanan konstruktif terhadap contoh-contoh yang benar.