Rasulullah SAW bersabda, “Tinggalmu (di dunia) dibandingkan dengan masa tinggal bangsa-bangsa sebelum kamu, sama seperti waktu antara shalat 'Asr dan matahari terbenam (dibandingkan dengan satu hari penuh). ﷺ Umat Taurat diberi Taurat dan mereka melakukannya sampai tengah hari dan kemudian mereka tidak dapat melanjutkan. Dan mereka diberi (pahala sama dengan) satu Qirat masing-masing. Kemudian umat Injil diberikan Injil dan mereka melakukannya sampai Shalat Asr dan kemudian mereka tidak dapat melanjutkan, sehingga mereka diberi pahala sama dengan) satu Qirat masing-masing. Kemudian kamu diberi Al-Qur'an dan kamu mengerjakannya sampai matahari terbenam, maka kamu diberi (pahala sama dengan) masing-masing dua qirat. Pada hal itu, Ahli Kitab Suci berkata, “Orang-orang ini (Muslim) melakukan pekerjaan yang lebih sedikit daripada kami tetapi mereka menerima pahala yang lebih besar.” Allah berfirman (kepada mereka). “Apakah saya telah melakukan penindasan terhadap Anda sehubungan dengan hak-hak Anda?” Mereka menjawab, “Tidak.” Kemudian Allah berfirman: “Itulah nikmat-Ku yang Kuberikan kepada siapa yang Aku kehendaki. '”
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari 7533
Komentar Hadis
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari ini menggambarkan kedaulatan mutlak Allah dalam memberikan karunia-Nya. Perbandingan periode waktu melambangkan durasi relatif yang diberikan kepada setiap komunitas agama untuk mengikuti bimbingan ilahi. Umat Taurat menerima kitab suci mereka lebih awal tetapi goyah pada tengah hari, sementara umat Kristen mengikuti Injil mereka hingga sore hari. Umat Muslim, yang datang terakhir dalam urutan kronologis, diberkati untuk mengikuti Al-Qur'an hingga akhir zaman.
Imbalan dua Qirat untuk umat Muslim menunjukkan rahmat Allah yang tak terbatas (fadl). Keberatan yang diajukan oleh bangsa-bangsa sebelumnya menyoroti kecenderungan manusia untuk membandingkan dan mempertanyakan distribusi ilahi atas imbalan. Tanggapan Allah menetapkan prinsip dasar bahwa Dia tidak pernah tidak adil - Dia memberikan tepat apa yang seharusnya, kemudian menganugerahkan berkah tambahan sesuai kehendak-Nya. Ini merupakan contoh Tauhid dalam praktik: mengakui hak mutlak Allah untuk mendistribusikan rahmat-Nya sesuai pilihan-Nya, tanpa ada yang memiliki klaim atas karunia-Nya yang tak terbatas.
Para ulama mencatat bahwa hadis ini mengajarkan kepuasan dengan ketetapan Allah dan memperingatkan terhadap iri hati. Imbalan yang lebih besar bagi umat Muslim bukan hanya karena keunggulan semata, tetapi mencerminkan wahyu akhir yang lengkap dari Allah dan tantangan untuk mempertahankan iman hingga Hari Kiamat. Hak istimewa ilahi ini datang dengan tanggung jawab yang meningkat untuk menegakkan ajaran Islam meskipun menjadi bangsa terakhir.