Seorang pria bertanya kepada Nabi (ﷺ), “Apa perbuatan yang terbaik?” Rasulullah SAW bersabda: “(1) Melakukan shalat (wajib harian) pada waktu yang ditetapkan (awal) yang ditetapkan, (2) berbuat baik dan taat kepada orang tua sendiri, (3) dan berpartisipasi dalam jihad di jalan Allah.” ﷺ
Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)
Sahih al-Bukhari | Hadis 7534
Teks Hadis
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi (ﷺ) "Amalan apa yang terbaik?" Nabi (ﷺ) berkata: "(1) Melaksanakan shalat (wajib harian) pada waktu-waktu tetap yang telah ditetapkan (awal), (2) berbuat baik dan berbakti kepada orang tua sendiri, (3) dan berpartisipasi dalam Jihad di Jalan Allah."
Komentar Ilmiah
Hadis ini menetapkan hierarki amal saleh, dimulai dengan pilar fundamental Islam - shalat lima waktu yang dilakukan pada waktu yang ditentukan. Penekanan pada "waktu tetap yang telah ditetapkan (awal)" menekankan pentingnya kewaspadaan dalam ibadah dan tidak menunda kewajiban.
Keunggulan kedua adalah birr al-wālidayn (kebaikan kepada orang tua), yang mengikuti segera setelah kewajiban kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa hak-hak makhluk terhubung erat dengan hak-hak Sang Pencipta.
Jihad di Jalan Allah mewakili puncak perjuangan eksternal untuk kebenaran. Para ulama mencatat bahwa respons komprehensif ini mencakup kewajiban seseorang kepada Allah (shalat), kepada keluarga (orang tua), dan kepada komunitas Muslim (jihad), sehingga mencakup spektrum lengkap tindakan saleh.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Urutan ini menunjukkan prioritas spiritual: menegakkan shalat memperkuat hubungan seseorang dengan Allah, yang memungkinkan pemenuhan hubungan manusia yang tepat, yang pada gilirannya mempersiapkan seseorang untuk pengorbanan yang lebih besar di jalan Allah.
Hadis ini tidak menafikan kebajikan lain tetapi menyoroti ketiga hal ini sebagai fondasional. Ulama kemudian menyimpulkan bahwa keunggulan dalam bidang-bidang ini mengarah pada kebenaran komprehensif dalam semua hal lainnya.