حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ، سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ الْهَرَوِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ ‏"‏ إِذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إِلَىَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Mungkin Nabi (ﷺ) menyebutkan sebagai berikut (seperti firman Allah): “Jika hamba-Ku datang lebih dekat kepada-Ku untuk rentang waktu, Aku mendekatinya satu hasta; dan jika dia mendekat kepada-Ku untuk satu hasta, Aku mendekatinya dengan rentang lengan yang terentang. (Lihat Hadis No. 502)

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari 7537

Teks Hadis

"Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta; dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta; Aku mendekat kepadanya sejengkal lengan terentang."

Komentar tentang Sabda Ilahi (Hadis Qudsi)

Tradisi suci ini mengungkapkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas dalam menanggapi upaya spiritual manusia. "Jengkal" (shibr) mewakili tindakan ibadah sukarela yang terbatas yang dilakukan oleh hamba, sementara "hasta" (dhira') dan "jengkal lengan terentang" melambangkan tanggapan Allah yang jauh lebih besar secara eksponensial.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa ketika seorang hamba mengambil satu langkah menuju Allah melalui ketaatan, Allah mendekat dengan banyak langkah penerimaan, rahmat, dan bantuan ilahi. Gambaran ini berkembang dari ukuran yang lebih kecil ke yang lebih besar, menunjukkan bahwa tanggapan ilahi selalu melampaui inisiatif manusia.

Al-Qurtubi mencatat bahwa hadis ini menggambarkan prinsip timbal balik ilahi (al-mujazah), di mana kemurahan hati Allah melipatgandakan pahala untuk setiap perbuatan baik. Metafora "lengan terentang" khususnya menandakan pelukan Allah yang menyeluruh terhadap hamba yang bertobat.

Ajaran ini mendorong ketekunan dalam ibadah sambil menegaskan bahwa kemajuan spiritual pada akhirnya bergantung pada rahmat ilahi daripada sekadar upaya manusia. Langkah-langkah kecil orang beriman dihadapi dengan langkah-langkah besar Allah menuju rekonsiliasi dan kedekatan.