وَقَالَ لِي خَلِيفَةُ بْنُ خَيَّاطٍ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ، سَمِعْتُ أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ كِتَابًا عِنْدَهُ غَلَبَتْ ـ أَوْ قَالَ سَبَقَتْ ـ رَحْمَتِي غَضَبِي‏.‏ فَهْوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Hurairah (ra)

Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) berkata: “Sebelum Allah menciptakan ciptaan, Dia menulis sebuah Kitab (di mana Dia telah menulis): “Rahmatku telah mendahului amarahku.” Dan itu tertulis bersama-Nya di atas takhta.” (lihat Hadis 3194)

Comment

Keesaan, Keunikan Allah (Tauhid)

Sahih al-Bukhari - Hadis 7554

Penjelasan tentang Ketetapan Ilahi

Hadis mulia ini menetapkan sifat abadi dari ketetapan Allah dan keutamaan Rahmat-Nya atas Murka-Nya. "Kitab" yang disebutkan merujuk pada Lauh Mahfuz (al-Lawh al-Mahfuz) di mana Allah mencatat semua yang akan terjadi hingga Hari Kiamat.

Frasa "Rahmat-Ku telah mendahului Murka-Ku" menunjukkan bahwa sifat esensial Allah berupa Rahmat meliputi ciptaan sebelum Murka-Nya terwujud. Keutamaan ini bersifat temporal dan kualitatif - Rahmat-Nya lebih komprehensif dan jauh jangkauannya daripada Murka-Nya.

Komentar Ulama

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini mengonfirmasi bahwa pengetahuan Allah mendahului semua ciptaan, dan Rahmat-Nya adalah sifat dominan yang mengatur ciptaan. Tulisan "bersama-Nya di atas Arsy" menandakan keagungan dan keunggulan ketetapan ilahi ini.

Al-Qurtubi menjelaskan bahwa keutamaan Rahmat ini memberikan harapan kepada orang beriman tanpa meniadakan keadilan ilahi. Murka Allah nyata tetapi sekunder terhadap Rahmat-Nya yang meliputi segalanya, yang mencakup baik orang beriman maupun kafir dalam kehidupan dunia ini.

Implikasi Praktis

Ajaran ini menanamkan harapan dan optimisme di hati orang beriman, mendorong mereka untuk terus mencari Rahmat Allah melalui ketaatan dan tobat.

Ini mengingatkan kita bahwa meskipun ada kekurangan manusia, pintu Rahmat ilahi tetap terbuka lebar, dan kesediaan Allah untuk mengampuni melebihi kecenderungan-Nya untuk menghukum.