حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبَّاسٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ ـ رضى الله عنه ـ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَبَايَعَهُ عَلَى الإِسْلاَمِ، فَجَاءَ مِنَ الْغَدِ مَحْمُومًا، فَقَالَ أَقِلْنِي، فَأَبَى ثَلاَثَ مِرَارٍ، فَقَالَ ‏"‏ الْمَدِينَةُ كَالْكِيرِ، تَنْفِي خَبَثَهَا، وَيَنْصَعُ طَيِّبُهَا ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Jabir

Seorang Badui datang kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) dan memberikan sumpah setia karena memeluk Islam. Keesokan harinya dia datang dengan demam dan berkata (kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم), "Tolong batalkan ikrarku (memeluk Islam dan beremigrasi ke Madinah)." Nabi (صلى الله عليه وسلم) menolak (permintaan itu) tiga kali dan bersabda, "Madinah itu seperti tungku, ia mengusir kotoran (orang jahat) dan memilih yang baik dan menyempurnakannya."

Comment

Keutamaan Madinah - Sahih al-Bukhari 1883

Seorang badui datang kepada Nabi (ﷺ) dan memberikan janji setia untuk memeluk Islam. Keesokan harinya dia datang dengan demam dan berkata (kepada Nabi (ﷺ)), "Tolong batalkan janji saya (untuk memeluk Islam dan berhijrah ke Madinah)." Nabi (ﷺ) menolak (permintaan itu) tiga kali dan berkata, "Madinah seperti tungku, ia mengeluarkan kotoran (orang-orang jahat) dan memilih yang baik dan menyempurnakan mereka."

Komentar tentang Hadis

Hadis mulia ini menetapkan kesucian Madinah dan kualitas spiritualnya yang unik. Perbandingan Nabi tentang Madinah dengan tungku (kīr) menunjukkan kekuatannya untuk memurnikan jiwa, seperti api memisahkan logam murni dari terak.

Permintaan badui untuk membatalkan janjinya menunjukkan kelemahan iman ketika menghadapi kesulitan duniawi. Penolakan Nabi mengajarkan kita bahwa komitmen agama tidak dapat ditinggalkan karena kesulitan sementara.

Demam Madinah berfungsi sebagai ujian - mengungkapkan kurangnya ketulusan badui sambil memperkuat orang-orang beriman sejati. Ini menggambarkan bagaimana cobaan memurnikan komunitas Muslim, memisahkan mereka yang memiliki iman kuat dari mereka yang memiliki keyakinan lemah.

Hadis ini juga menetapkan bahwa hijrah ke Madinah adalah komponen penting dalam Islam awal, dan meninggalkannya tidak diizinkan setelah janji diberikan, kecuali untuk alasan syar'i yang sah.

Wawasan Ilmiah

Imam al-Qurtubi mencatat: "Metafora tunggu menunjukkan peran Madinah dalam menguji iman orang. Seperti api mengungkapkan emas sejati, Madinah mengungkapkan orang beriman sejati."

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan: "Penolakan Nabi meskipun badui sakit menunjukkan bahwa kesulitan duniawi tidak membatalkan kewajiban agama. Iman sejati bertahan melalui kesulitan."

Al-Nawawi berkomentar: "Hadis ini mengandung banyak kebijaksanaan - keutamaan Madinah, kewajiban memenuhi janji, dan bahwa cobaan memurnikan komunitas orang beriman."