حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ أَنَّ رِجَالاً، مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Salama

Saya bertanya kepada Abu Sa'id, dan dia adalah teman saya, (tentang Malam Qadr) dan dia berkata, "Kami berlatih I'tikaf (pengasingan di masjid) pada sepertiga pertengahan bulan Ramadhan dengan Nabi (صلى الله عليه وسلم). Pada pagi hari tanggal 20 Ramadhan, Nabi (صلى الله عليه وسلم) datang dan berbicara kepada kami dan berkata, 'Saya diberitahu tentang (tanggal Malam Qadr) tetapi saya dilupakan; jadi carilah di malam-malam yang aneh dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. (Dalam mimpi) Saya melihat diri saya bersujud di lumpur dan air (sebagai tanda). Jadi, siapa pun yang berada di I'tikaf bersamaku harus kembali ke sana bersamaku (untuk jangka waktu 10 hari lagi)', dan kami kembali. Pada saat itu tidak ada tanda-tanda awan di langit tetapi tiba-tiba awan datang dan hujan turun hingga air hujan mulai bocor melalui atap masjid yang terbuat dari batang daun kurma. Kemudian shalat ditegakkan dan aku melihat Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersujud di lumpur dan air dan aku melihat jejak lumpur di dahinya."

Comment

Keutamaan Malam Qadr

Sahih al-Bukhari - Hadits 2016

Pencarian Laylat al-Qadr

Instruksi Nabi untuk mencari Malam Takdir pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadan menunjukkan hikmah ilahi. Meskipun tanggal pastinya diwahyukan kepadanya, kelupaan itu ditetapkan secara ilahi untuk mendorong ibadah yang berkelanjutan sepanjang malam-malam yang diberkati ini.

Pendekatan ini menumbuhkan pengabdian yang terus-menerus daripada memusatkan ibadah pada satu malam, sehingga meningkatkan pahala dan pemurnian spiritual bagi orang-orang beriman yang dengan tekun mencari malam paling suci ini.

Signifikansi I'tikaf

Praktik I'tikaf (retret spiritual) selama sepuluh hari terakhir menggambarkan pengabdian sepenuhnya kepada ibadah. Kembalinya para Sahabat segera untuk penyendirian tambahan atas perintah Nabi menunjukkan komitmen mereka yang tak tergoyahkan untuk mencari keridhaan Allah.

Perpanjangan I'tikaf ini menekankan keutamaan khusus dari malam-malam penutup ini dan pentingnya mendedikasikan diri sepenuhnya kepada ibadah selama periode suci ini.

Konfirmasi Ilahi Melalui Penglihatan

Penglihatan Nabi tentang bersujud dalam lumpur dan air, diikuti dengan manifestasi literalnya, berfungsi sebagai tanda ajaib yang mengonfirmasi keaslian bimbingannya. Pemenuhan nyata ini memperkuat kepastian kenabiannya dan kebenaran ajarannya.

Lumpur di dahi Nabi menjadi bukti fisik dari realitas komunikasi ilahi dan kebenaran misinya, memperkuat iman para Sahabat dan semua orang beriman berikutnya.

Komentar Ilmiah tentang Waktu

Ulama klasik menyimpulkan dari narasi ini bahwa Laylat al-Qadr bergeser di antara malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir, dengan banyak yang menekankan malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29. Pengaturan ilahi ini memastikan ibadah yang berkelanjutan sepanjang malam-malam yang diberkati ini.

Hikmah di balik menyembunyikan malam yang tepat mendorong orang beriman untuk meningkatkan ibadah mereka sepanjang semua malam ini, sehingga memaksimalkan pahala spiritual mereka dan mendekatkan diri kepada Allah melalui pengabdian yang berkelanjutan.