Dengan dimulainya sepuluh hari terakhir Ramadhan, Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa mengencangkan ikat pinggangnya (yaitu bekerja keras) dan biasa shalat sepanjang malam, dan biasa membuat keluarganya terjaga untuk shalat.
Kebajikan Malam Qadr - Sahih al-Bukhari 2024
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari menggambarkan pengabdian Nabi Muhammad (ﷺ) yang meningkat selama sepuluh malam terakhir Ramadan. Frasa "mengencangkan ikat pinggangnya" (shaqqa al-izār) menandakan persiapan untuk usaha keras dan dedikasi pada ibadah, meninggalkan kenyamanan duniawi.
Interpretasi Spiritual
Doa sepanjang malam Nabi menunjukkan pentingnya tertinggi mencari Laylat al-Qadr (Malam Keputusan), yang lebih baik daripada seribu bulan ibadah. Contoh pribadinya menetapkan sunnah i'tikāf (retret spiritual) selama malam-malam yang diberkati ini.
Membangunkan keluarganya mencerminkan prinsip Islam bahwa keunggulan spiritual harus mencakup seluruh rumah tangga seseorang. Ibadah kolektif ini mengubah rumah menjadi tempat pengabdian dan memaksimalkan berkah dari malam-malam berharga ini.
Aplikasi Praktis
Muslim harus meningkatkan pembacaan Quran, shalat malam (tahajjud), dzikir (mengingat Allah), dan doa tulus (du'ā) selama malam-malam ini. Contoh Nabi mengajarkan kita untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk ibadah bagi diri sendiri dan keluarga kita.
Ulama merekomendasikan mencari Laylat al-Qadr terutama pada malam-malam ganjil (ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29) Ramadan, dengan penekanan khusus pada malam ke-27 berdasarkan banyak tradisi kenabian.