Suatu kali ketika saya dalam keadaan lelah (karena kelaparan parah), saya bertemu dengan 'Umar bin Al-Khattab, jadi saya memintanya untuk membacakan sebuah ayat dari Kitab Allah kepada saya. Dia memasuki rumahnya dan menafsirkannya kepada saya. (Kemudian saya keluar dan) setelah berjalan sebentar, saya jatuh tersungkur karena kelelahan dan kelaparan yang parah. Tiba-tiba saya melihat Rasul Allah berdiri di dekat kepala saya. Dia berkata, "Wahai Abu Huraira!" Saya menjawab, "Labbaik, wahai Rasulullah (ﷺ), dan Sadaik!" Kemudian dia memegang tanganku, dan membuatku bangkit. Kemudian dia tahu apa yang saya derita. Dia membawa saya ke rumahnya, dan memesan semangkuk besar susu untuk saya. Aku meminumnya dan dia berkata, "Minumlah lebih banyak, wahai Abu Hirr!" Jadi saya minum lagi, lalu dia berkata lagi, "Minumlah lebih banyak." Jadi saya minum lebih banyak sampai perut saya kenyang dan tampak seperti mangkuk. Setelah itu aku bertemu dengan 'Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi padaku, dan berkata kepadanya, "Seseorang, yang memiliki hak lebih dari kamu, O 'Umar, mengambil alih kasus ini. Demi Allah, saya meminta Anda untuk membacakan Ayat kepada saya sementara saya mengetahuinya lebih baik daripada Anda." Umar berkata kepadaku, "Demi Allah, jika aku mengakui dan menghiburmu, itu akan lebih berharga bagiku daripada memiliki unta merah yang baik.
Makanan, Hidangan - Sahih al-Bukhari 5375
Riwayat ini dari Abu Huraira (semoga Allah meridhainya) mengandung pelajaran mendalam mengenai keutamaan kesabaran dalam kelaparan, keunggulan kasih sayang Nabi ﷺ, dan etika yang tepat antara para penuntut ilmu.
Keunggulan Kesabaran dalam Kesulitan
Kelaparan parah Abu Huraira menunjukkan keadaan banyak Sahabat yang mengutamakan mencari ilmu daripada rezeki duniawi. Kelelahannya karena lapar tidak menghalanginya untuk mencari pemahaman Kitab Allah, menunjukkan bahwa nutrisi spiritual dapat sementara menopang seseorang melalui kekurangan fisik.
Pengenalan langsung Nabi ﷺ terhadap kondisi Abu Huraira menggambarkan wawasan mendalam dan kepeduliannya terhadap para sahabatnya. Seorang ulama sejati menyadari bahwa kebutuhan fisik kadang-kadang harus dipenuhi sebelum instruksi spiritual dapat diterima dengan baik.
Kasih Sayang dan Kedermawanan Nabi
Perhatian pribadi Nabi ﷺ - mengangkatnya, membawanya pulang, dan berulang kali mendorongnya untuk minum lebih banyak susu - menunjukkan karakter sempurna Rasul ﷺ. Dorongan berulangnya untuk "Minum lebih banyak, wahai Abu Hirr!" menunjukkan keinginannya untuk kepuasan lengkap bagi yang lapar.
Susu melambangkan nutrisi murni dan diberkati. Bahwa itu memenuhi perut Abu Huraira sampai "terlihat seperti mangkuk" menunjukkan baik kelengkapan kepuasan maupun barakah (berkah) dalam apa yang disediakan Nabi ﷺ.
Pelajaran dalam Ilmu dan Kerendahan Hati
Komentar Abu Huraira kemudian kepada Umar, meskipun tampaknya berani, mengajarkan bahwa ilmu harus dibagikan dengan mudah. Tanggapan rendah hati Umar - menghargai kesempatan untuk melayani pencari ilmu daripada memiliki unta merah (kekayaan paling berharga) - menunjukkan penghargaan yang tepat untuk ilmu dan para penuntutnya.
Insiden ini mengingatkan para ulama bahwa mereka yang mencari pemahaman layak mendapat perhatian dan bantuan segera kita, karena memfasilitasi ilmu adalah di antara bentuk ibadah tertinggi.