حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الأَقْمَرِ، سَمِعْتُ أَبَا جُحَيْفَةَ، يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ آكُلُ مُتَّكِئًا ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Juhaifa

Ketika aku bersama Nabi (ﷺ) dia berkata kepada seorang pria yang bersamanya, "Aku tidak mengambil makananku sambil bersandar."

Comment

Makanan, Hidangan - Sahih al-Bukhari 5399

"Ketika saya bersama Nabi (ﷺ), dia berkata kepada seorang lelaki yang bersamanya, 'Saya tidak makan sambil bersandar.'"

Komentar tentang Larangan Bersandar

Hadis mulia ini mengandung hikmah mendalam mengenai etika makan. Penolakan Nabi untuk makan sambil bersandar menunjukkan pentingnya kerendahan hati dan kesederhanaan selama makan. Bersandar sambil makan menunjukkan kesombongan dan kenyamanan berlebihan, yang bertentangan dengan semangat syukur yang harus kita jaga saat menikmati rezeki Allah.

Para ulama telah menjelaskan bahwa bersandar merujuk pada bersandar di bantal, dinding, atau penyangga apa pun yang memberikan postur kebanggaan dan keangkuhan. Nabi (ﷺ) mengajarkan kita untuk makan dengan martabat dan kesadaran, duduk tegak dengan cara yang mencerminkan kesadaran kita akan berkah Allah.

Manfaat Spiritual dan Kesehatan

Ajaran ini mencakup hikmah spiritual dan fisik. Secara spiritual, ia menumbuhkan kerendahan hati dan mencegah hati dari mengembangkan kesombongan. Secara fisik, makan sambil duduk tegak membantu pencernaan dan mencegah berbagai komplikasi kesehatan yang mungkin timbul dari postur yang tidak tepat selama makan.

Praktik Nabi selaras dengan jalan tengah - tidak makan sambil berdiri (yang juga dia nasihatkan untuk tidak dilakukan) maupun makan sambil bersandar dalam kenyamanan berlebihan. Pendekatan seimbang ini mencerminkan sifat komprehensif bimbingan Islam dalam semua aspek kehidupan.

Implementasi Praktis

Umat Muslim harus meneladani sunnah ini dengan duduk dengan benar selama makan, lebih disukai dalam posisi berlutut atau bersila di lantai, atau setidaknya duduk tegak di kursi tanpa bersandar. Praktik ini mengubah tindakan makan yang biasa menjadi tindakan ibadah ketika dilakukan dengan niat yang benar dan kepatuhan pada bimbingan kenabian.