حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ الْجَمَلِيِّ، عَنْ مُرَّةَ الْهَمْدَانِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Riwayat Anas

Nabi (ﷺ) bersabda, "Keunggulan 'Aisyah terhadap wanita lain seperti keunggulan Tharid terhadap jenis makanan lainnya."

Comment

Keunggulan 'Aisyah dan Keutamaan Tharid

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (5419) menggunakan analogi yang mendalam untuk menggambarkan status tinggi Umm al-Mu'minin 'Aisyah (semoga Allah meridainya). Sebagaimana tharid - hidangan roti yang direndam dalam kuah daging - dianggap sebagai makanan paling unggul dan bergizi di kalangan orang Arab, begitu pula keutamaan 'Aisyah tak tertandingi di antara para wanita.

Komentar Ulama tentang Analogi

Para ulama klasik menjelaskan bahwa tharid dicintai oleh Nabi (ﷺ) dan mewakili puncak keunggulan kuliner pada era itu. Komposisinya yang terdiri dari roti dan kuah daging memberikan nutrisi dan kepuasan yang lengkap. Demikian pula, pengetahuan komprehensif 'Aisyah tentang Islam, pemahamannya yang mendalam tentang Al-Qur'an dan Sunnah, serta perannya dalam menyampaikan banyak pengetahuan suci membuatnya sangat istimewa.

Ibn Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fath al-Bari bahwa perbandingan ini menandakan keunggulan komprehensif 'Aisyah dalam pengetahuan agama, kebijaksanaan, dan kedudukan spiritual, sama seperti tharid menggabungkan kualitas terbaik dari berbagai makanan menjadi satu hidangan sempurna.

Signifikansi dalam Tradisi Islam

Riwayat ini menetapkan keunggulan 'Aisyah di antara Para Ibu Orang-Orang Beriman dan semua wanita umat ini. Kontribusi ilmiahnya, dengan lebih dari dua ribu hadis yang disampaikan melalui dirinya, dan pemahamannya yang mendalam tentang yurisprudensi Islam menjadikannya sumber panduan utama bagi Para Sahabat dan generasi berikutnya.

Analogi ini juga mengingatkan orang beriman akan kebijaksanaan Kenabian dalam menggunakan referensi budaya yang familiar untuk menyampaikan kebenaran spiritual yang mendalam, membuat ajaran ilahi dapat diakses oleh semua orang sesuai dengan pemahaman mereka.