Sebuah makanan dibawa kepada Rasulullah (ﷺ) sementara putra tirinya, 'Umar bin Abi Salama bersamanya. Rasulullah (ﷺ) berkata kepadanya, "Sebutkanlah Nama Allah dan makanlah hidangan yang lebih dekat denganmu."
Makanan, Hidangan - Sahih al-Bukhari 5378
Sebuah hidangan dibawa kepada Rasulullah (ﷺ) sementara anak tirinya, `Umar bin Abi Salama, bersamanya. Rasulullah (ﷺ) berkata kepadanya, "Sebutlah Nama Allah dan makanlah dari hidangan apa yang lebih dekat denganmu."
Komentar tentang Etika Makan
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari mengandung dua ajaran mendasar mengenai etika makan Islam. Pertama, Nabi (ﷺ) memerintahkan anak tirinya untuk memulai dengan "Bismillah" - menyebut nama Allah sebelum makan. Tindakan ini menyucikan hidangan dan mengakui bahwa semua rezeki berasal dari Allah semata.
Kedua, perintah untuk "makan dari apa yang lebih dekat denganmu" menetapkan tata krama yang tepat pada hidangan bersama. Ini mencegah seseorang meraih melintasi piring atau memilih potongan terbaik dari sisi orang lain, sehingga mempromosikan kerendahan hati, pertimbangan untuk sesama penikmat makanan, dan kepuasan dengan apa yang Allah berikan langsung di depan Anda.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik menekankan bahwa menyebut nama Allah mengubah makan dari sekadar tindakan fisik menjadi tindakan ibadah. Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa lupa mengucapkan Bismillah memungkinkan setan ikut serta dalam hidangan.
Instruksi untuk makan dari apa yang terdekat menunjukkan kepedulian Nabi untuk menumbuhkan karakter baik. Al-Nawawi menjelaskan ini mencegah keserakahan dan mengajarkan kepuasan, karena meraih suapan yang jauh sering berasal dari keinginan akan apa yang tampak lebih baik.
Panduan ini berlaku secara universal - dari makanan keluarga hingga pertemuan besar - memastikan harmoni dan perilaku yang tepat kapan pun makanan dibagikan di antara Muslim.