Abu Talha berkata kepada Umm Sulaim, "Aku telah mendengar suara Rasulullah (ﷺ) yang lemah, dan aku pikir dia lapar. Apakah Anda punya sesuatu (untuk dimakan)?" Dia mengeluarkan beberapa roti gandum, lalu mengambil kain penutup wajahnya dan membungkus roti itu di sebagiannya, dan mendorongnya ke bawah pakaianku dan membalikkannya ke seluruh tubuhku dan mengirimku kepada Rasulullah (ﷺ). Saya pergi dengan itu, dan menemukan Rasulullah (ﷺ) di masjid bersama beberapa orang. Saya berdiri di dekat mereka, dan Rasulullah (ﷺ) bertanya kepada saya, "Apakah kamu diutus oleh Abu Talha?" Saya berkata, "Ya." Dia bertanya, "Dengan makanan (untuk kami)?" Saya berkata, "Ya." Kemudian Rasulullah (ﷺ) berkata kepada semua orang yang bersamanya, "Bangunlah!" Dia berangkat (dan semua orang menemaninya) dan aku mendahului mereka sampai aku sampai di Abu Talha. Abu Talha kemudian berkata, "Wahai Um Sulaim! Rasulullah (ﷺ) telah tiba bersama dengan orang-orang, dan kami tidak memiliki cukup makanan untuk memberi makan mereka semua." Dia berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Maka Abu Talha keluar sampai dia bertemu dengan Rasulullah (ﷺ). Kemudian datang Abu Talha dan Rasulullah (ﷺ) dan masuk ke dalam rumah. Rasul Allah berkata, "Umm Sulaim! Bawalah apa pun yang Anda miliki." Dia membawa roti itu. Nabi (ﷺ) memerintahkan agar dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil, dan Um Sulaim menekan kulit mentega di atasnya. Kemudian Rasul Allah mengatakan apa pun yang Allah inginkan kepadanya (untuk memberkati makanan) dan kemudian menambahkan, "Masuklah sepuluh (orang)." Jadi mereka diterima, makan kenyang dan keluar. Nabi (ﷺ) kemudian bersabda, "Masuklah sepuluh (lebih)." Mereka dirawat, makan kenyang, dan keluar. Dia kemudian sekali lagi berkata, "Akui sepuluh lagi!" Mereka diterima, makan kenyang, dan keluar. Dia menerima sepuluh orang lagi, dan semua orang itu makan kenyang, dan mereka adalah delapan puluh orang.
Makanan, Hidangan - Sahih al-Bukhari 5381
Riwayat ini dari Abu Talha menunjukkan pelajaran mendalam tentang keramahan, iman pada rezeki ilahi, dan berkah yang turun pada niat tulus. Kepedulian para Sahabat terhadap kelaparan Nabi mencerminkan cinta mereka yang mendalam dan perhatian pada kondisinya.
Komentar Ilmiah
Roti jelai, meski sederhana, menjadi sarana berkah ilahi melalui doa Nabi. Ini menggambarkan bahwa barakah (berkah) datang dari Allah melalui perbuatan baik dan niat tulus, bukan dari jumlah persediaan.
Tanggapan Umm Sulaim "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu" mencontohkan tawakkul (ketergantungan pada Allah) yang sempurna saat menghadapi kekurangan yang tampak. Iman-nya dihargai dengan penggandaan makanan ajaib yang memberi makan delapan puluh orang.
Metode Nabi memberi makan orang dalam kelompok sepuluh mengajarkan kita organisasi dalam keramahan dan menjaga martabat dalam distribusi. Pendekatan sistematis ini mencerminkan prinsip Islam tentang keteraturan dan efisiensi dalam urusan komunitas.
Pelajaran Spiritual
Hadis ini menegaskan bahwa mukjizat terjadi melalui orang-orang saleh untuk menunjukkan kekuatan Allah dan dukungan bagi para utusan-Nya. Penggandaan makanan menggema mukjizat serupa yang diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya.
Insiden ini menekankan bahwa keramahan sejati terletak pada berbagi apa yang dimiliki, betapapun sedikitnya, dengan kepercayaan pada berkah Allah. Contoh para Sahabat menginspirasi Muslim untuk memprioritaskan memberi makan orang lain, terutama yang saleh dan berilmu.