حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، أَنَّهُ كَانَ ابْنَ عَشْرِ سِنِينَ مَقْدَمَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ، فَخَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَشْرًا حَيَاتَهُ، وَكُنْتُ أَعْلَمَ النَّاسِ بِشَأْنِ الْحِجَابِ حِينَ أُنْزِلَ، وَقَدْ كَانَ أُبَىُّ بْنُ كَعْبٍ يَسْأَلُنِي عَنْهُ، وَكَانَ أَوَّلَ مَا نَزَلَ فِي مُبْتَنَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِزَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ، أَصْبَحَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِهَا عَرُوسًا فَدَعَا الْقَوْمَ، فَأَصَابُوا مِنَ الطَّعَامِ ثُمَّ خَرَجُوا، وَبَقِيَ مِنْهُمْ رَهْطٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَطَالُوا الْمُكْثَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ وَخَرَجْتُ مَعَهُ كَىْ يَخْرُجُوا، فَمَشَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَمَشَيْتُ مَعَهُ حَتَّى جَاءَ عَتَبَةَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، ثُمَّ ظَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُمْ خَرَجُوا فَرَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ، حَتَّى دَخَلَ عَلَى زَيْنَبَ فَإِذَا هُمْ جُلُوسٌ لَمْ يَتَفَرَّقُوا، فَرَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَرَجَعْتُ مَعَهُ، حَتَّى بَلَغَ عَتَبَةَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، فَظَنَّ أَنْ قَدْ خَرَجُوا، فَرَجَعَ وَرَجَعْتُ مَعَهُ، فَإِذَا هُمْ قَدْ خَرَجُوا، فَأُنْزِلَ آيَةُ الْحِجَابِ، فَضَرَبَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ سِتْرًا‏.‏
Terjemahan
Narrated `Aisha

(the wife of the Prophet) `Umar bin Al-Khattab used to say to Allah's Messenger (ﷺ) "Let your wives be veiled" But he did not do so. The wives of the Prophet (ﷺ) used to go out to answer the call of nature at night only at Al-Manasi.' Once Sauda, the daughter of Zam`a went out and she was a tall woman. `Umar bin Al-Khattab saw her while he was in a gathering, and said, "I have recognized you, O Sauda!" He (`Umar) said so as he was anxious for some Divine orders regarding the veil (the veiling of women.) So Allah revealed the Verse of veiling. (Al-Hijab; a complete body cover excluding the eyes). (See Hadith No. 148, Vol. 1)

Comment

Meminta Izin - Shahih al-Bukhari 6240

Riwayat dari sahabat mulia 'Umar ibn al-Khattab (radhiyallahu 'anhu) ini menunjukkan turunnya hukum Islam secara bertahap mengenai hijab. Peristiwa ini terjadi sebelum perintah berhijab diwahyukan, di mana Ummul Mukminin masih keluar untuk keperluan mendesak tanpa penutup penuh.

Konteks Sejarah & Hikmah Ilahi

Awalnya istri-istri Nabi tampak tanpa penutup di publik karena belum turun perintah khusus. Nasihat berulang 'Umar kepada Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam) berangkat dari pengakuannya akan kedudukan mulia mereka dan kebutuhan akan perlindungan. Seruannya saat mengenali Sawda binti Zam'a—bukan karena ketidakpatutan namun keprihatinan tulus—menjadi pemantik turunnya wahyu.

Hikmah Allah dalam penetapan hukum bertahap memungkinkan komunitas mengembangkan kesiapan spiritual untuk perintah penting ini, menunjukkan bagaimana syariat ilahi mempertimbangkan kondisi manusia sambil mengangkat praktik spiritual.

Implikasi Hukum & Komentar Ulama

Hadis ini menetapkan beberapa prinsip kunci: kewajiban hijab bagi wanita Muslim, kebolehan wanita keluar untuk kebutuhan sah, dan pentingnya pakaian sopan di ruang publik. Penutupan sempurna (kecuali mata) yang disebutkan merujuk pada jilbab—pakaian luar yang menutupi seluruh tubuh.

Ulama klasik seperti Ibnu Hajar al-Asqalani mencatat bahwa peristiwa ini menggambarkan bagaimana nasihat saleh dari sahabat dapat mengantarkan pada wahyu ilahi, menunjukkan keutamaan memberi saran bermanfaat dengan etika tepat.

Dimensi Spiritual

Hijab merepresentasikan perlindungan fisik dan pengangkatan spiritual—penghalang dari pandangan tak senonoh dan manifestasi keimanan. Sebagaimana dijelaskan Imam al-Qurtubi, perintah ini menjaga harmoni sosial dan melindungi martabat wanita, memungkinkan mereka berpartisipasi dalam masyarakat sambil menjaga kesopanan dan komitmen agama.