حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً، دَخَلَ الْمَسْجِدَ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسٌ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَصَلَّى، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ‏"‏‏.‏ فَرَجَعَ فَصَلَّى، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ فَارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي الَّتِي بَعْدَهَا عَلِّمْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا ‏"‏‏.‏ وَقَالَ أَبُو أُسَامَةَ فِي الأَخِيرِ ‏"‏ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Seorang pria memasuki masjid sementara Rasulullah (ﷺ) sedang duduk di satu sisi masjid. Pria itu berdoa, datang, dan menyapa Nabi. Rasulullah SAW (ﷺ) berkata kepadanya, “Wa 'Alaikas Salam (membalas salamnya). Kembalilah dan berdoalah sebagaimana kamu belum berdoa (dengan benar).” Pria itu kembali, mengulangi doanya, kembali dan menyapa Nabi. Nabi (ﷺ) berkata, “Wa Alaika-s-Salam (membalas salamnya). Kembalilah dan berdoa lagi karena kamu belum berdoa (dengan benar).” Pria itu berkata pada kedua atau ketiga kalinya, “Wahai Rasulullah (ﷺ)! Tolong ajarkan saya cara berdoa.” Rasulullah SAW bersabda, “Ketika kamu berdiri untuk shalat, lakukan wudhu dengan benar dan kemudian menghadap kiblat dan ucapkan Takbir (Allahu-Akbar), lalu bacalah apa yang kamu ketahui dari Al-Qur'an, lalu tunduklah dengan tenang sampai kamu merasa nyaman kemudian bangkit dari membungkuk, sampai kamu berdiri tegak, dan kemudian bersujud dengan tenang (dan tetap bersujud) sampai kamu merasa tenang. Angkat (kepala Anda) dan duduk dengan tenang sampai Anda merasa nyaman dan kemudian bersujud dengan tenang (dan tetap bersujud) sampai Anda merasa nyaman, lalu angkat (kepala Anda) ﷺ Dan duduklah dengan tenang sampai kamu merasa nyaman dalam posisi duduk, dan lakukanlah demikian dalam seluruh doa kamu.” Dan Abu Usama menambahkan, “Sampai kamu berdiri tegak.” (Lihat Hadis No. 759, Vol.1)

Comment

Meminta Izin - Sahih al-Bukhari 6251

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari menunjukkan metodologi Nabi ﷺ dalam mengajar melalui demonstrasi praktis dan koreksi lembut, menekankan pentingnya ketenangan (tuma'nīnah) dalam shalat.

Komentar Ulama tentang Hadis

Praktik para Sahabat shalat di depan Nabi ﷺ menunjukkan keinginan mereka untuk belajar melalui pengamatan dan koreksi, sebuah metode pendidikan yang unggul.

Instruksi berulang Nabi ﷺ untuk mengulang shalat menunjukkan bahwa shalat tanpa ketenangan yang tepat tidak sah, memerlukan pengulangan hingga sempurna.

Permintaan rendah hati pria itu untuk diajar setelah beberapa koreksi menunjukkan etika yang benar dari seorang murid: mengakui kekurangan diri dan mencari ilmu dari guru yang berkualifikasi.

Unsur-unsur Penting Shalat yang Sah

Wudu yang benar adalah prasyarat dasar untuk keabsahan shalat.

Menghadap Kiblat menetapkan orientasi yang tepat dan persatuan umat Muslim dalam ibadah.

Takbiratul Ihram (mengucapkan "Allahu Akbar") memulai keadaan shalat, melarang ucapan dan tindakan duniawi.

Pembacaan Al-Qur'an, meskipun minimal, adalah wajib dalam posisi berdiri.

Ketenangan dalam ruku', sujud, dan duduk di antara sujud berarti berhenti sejenak di setiap posisi hingga semua anggota tubuh diam.

Keputusan Hukum yang Diambil

Shalat tanpa ketenangan tidak sah dan harus diulang, seperti yang ditunjukkan oleh perintah Nabi ﷺ.

Peran guru termasuk mengamati dan memperbaiki ibadah praktis, bukan hanya instruksi teoritis.

Setiap komponen shalat harus dilakukan dengan bentuk dan kehadiran spiritual yang tepat untuk diterima.