Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Maukah aku memberitahukan kepadamu tentang dosa terbesar?” Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “Bergabunglah dengan sekutu-sekutu dalam ibadah Allah, dan tidak bertaqwa kepada orang tuanya. “
Teks Hadis
Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar?" Mereka berkata, "Ya, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Mempersekutukan Allah dalam ibadah, dan durhaka kepada orang tua."
Referensi Sumber
Sahih al-Bukhari 6273 - Kitab: Meminta Izin
Komentar Ilmiah
Hadis yang mendalam ini menetapkan hierarki dosa dalam Islam, dengan syirik (mempersekutukan Allah) sebagai pelanggaran terberat. Syirik melanggar prinsip dasar tauhid (keesaan ilahi) dan merupakan satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah jika seseorang mati dalam keadaan itu tanpa tobat.
Penempatan durhaka kepada orang tua tepat setelah syirik menunjukkan statusnya yang parah dalam etika Islam. Ini mengangkat bakti kepada orang tua ke posisi penting agama tertinggi, menjadikannya kewajiban yang hanya kedua setelah ibadah kepada Allah sendiri.
Para ulama menjelaskan bahwa kata sambung "dan" menunjukkan bahwa ini adalah dua dosa terbesar, dengan syirik sebagai yang paling mutlak. Pertanyaan retoris Nabi menekankan beratnya pelanggaran ini dan berfungsi sebagai peringatan kuat bagi komunitas Muslim.
Implikasi Hukum dan Etika
Hadis ini membentuk dasar yurisprudensi Islam mengenai hak-hak orang tua. Durhaka kepada orang tua (uquq al-walidayn) mencakup segala bentuk ketidak hormatan, pengabaian, atau bahaya terhadap mereka, baik dalam ucapan maupun tindakan.
Peringatan keras terhadap dosa-dosa ini harus menginspirasi kewaspadaan konstan dalam mempertahankan monoteisme murni dan perilaku teladan terhadap orang tua, mengakui ini sebagai fondasi bagi keadaan spiritual seseorang dan kesuksesan akhir di Akhirat.