حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ ‏"‏ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Nabi (ﷺ) berkata, “Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali menggembalakan domba.” Teman-temannya bertanya kepadanya, “Apakah kamu melakukan hal yang sama?” Nabi (ﷺ) menjawab, “Ya, saya biasa menggembalakan domba-domba orang Mekah untuk beberapa Qirat.”

Comment

Eksposisi Hadis dari Sahih al-Bukhari 2262

Hadis mulia ini dari Kitab Penyewaan dalam Sahih al-Bukhari mengandung hikmah mendalam mengenai persiapan ilahi para nabi melalui pekerjaan rendah hati sebelum penugasan mereka kepada kenabian.

Hikmah di Balik Penggembalaan Kenabian

Profesi penggembalaan melatih jiwa dalam kualitas kenabian esensial: kesabaran dalam kesendirian, belas kasihan terhadap ciptaan, kewaspadaan terhadap pemangsa, dan bimbingan lembut kawanan. Ini mencerminkan kualitas yang diperlukan untuk membimbing umat manusia.

Semua nabi menjalani pelatihan ini untuk mengembangkan kepemimpinan melalui pelayanan daripada dominasi. Isolasi padang rumput menyediakan kondisi ideal untuk kontemplasi spiritual dan hubungan dengan Yang Ilahi.

Pengalaman Spesifik Nabi

Ketika ditanya tentang pengalamannya sendiri, Nabi Muhammad (ﷺ) mengonfirmasi bahwa dia menggembalakan domba untuk penduduk Mekah dengan imbalan Qirats (koin kecil), menunjukkan kejujurannya dalam mengakui awal yang rendah hati.

Tanggapan ini menunjukkan kerendahan hati Nabi dan menetapkan bahwa pekerjaan jujur, terlepas dari penampilannya yang jelas, membawa martabat. Remunerasi-Nya dalam Qirats menunjukkan sifat sah pekerjaan yang dibayar dalam Islam.

Signifikansi Spiritual

Hadis ini mengajarkan bahwa pekerjaan duniawi tidak mengurangi martabat spiritual. Sebaliknya, mereka mempersiapkan individu untuk tanggung jawab yang lebih besar melalui pengembangan karakter dan pengalaman praktis dalam mengelola ciptaan.

Narasi ini juga menghibur orang beriman biasa bahwa pekerjaan sehari-hari mereka dapat bermakna secara spiritual ketika dilakukan dengan ketulusan dan integritas, mengikuti contoh kenabian.