Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Teladan Anda dan contoh orang Yahudi dan Kristen adalah seperti contoh seorang pria yang mempekerjakan beberapa pekerja yang kepadanya dia berkata, 'Siapa yang akan bekerja untukku sampai tengah hari untuk masing-masing satu Qirat? ' Orang-orang Yahudi melakukan pekerjaan untuk masing-masing satu Qirat; dan kemudian orang-orang Kristen melakukan pekerjaan itu hingga shalat `Asr untuk masing-masing satu Qirat; dan sekarang kalian Muslim bekerja dari shalat `Asr hingga matahari terbenam untuk masing-masing dua Qirat. Orang-orang Yahudi dan Kristen marah dan berkata, “Kami bekerja lebih banyak dan dibayar lebih sedikit.” Majikan (Allah) bertanya kepada mereka, “Apakah aku telah merebut sebagian dari hak-hak kalian?” Mereka menjawab dengan negatif. Beliau berkata, “Itu adalah nikmat-Ku, Aku berikan kepada siapa yang aku kehendaki. '”
Perumpamaan Para Pekerja
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari (2269) ini menggunakan perumpamaan yang mahir untuk menggambarkan kebijaksanaan ilahi dalam mengalokasikan pahala. Majikan mewakili Allah Yang Maha Kuasa, sementara para pekerja melambangkan berbagai komunitas agama sepanjang sejarah.
Konteks Historis Komunitas Agama
Orang Yahudi mewakili mereka yang mengikuti nabi-nabi awal dan bekerja di bagian pertama hari - periode wahyu ilahi sebelumnya.
Orang Kristen menandakan mereka yang datang setelahnya, bekerja hingga pertengahan sore - era Nabi Isa dan pengikutnya.
Orang Muslim mewakili komunitas terakhir, bekerja dalam durasi terpendek tetapi menerima pahala ganda - era pesan Nabi Muhammad.
Keadilan dan Kemurahan Ilahi
Pertanyaan Allah "Apakah Aku telah mengambil sebagian hakmu?" menegaskan keadilan-Nya yang sempurna. Tidak ada komunitas yang ditolak pahala yang disepakati.
Tanggapan "Itu adalah Berkah-Ku, Aku berikan kepada siapa pun yang Aku kehendaki" menunjukkan kedaulatan mutlak Allah dalam memberikan nikmat tambahan di luar yang wajib.
Interpretasi Ilmiah
Ulama klasik menjelaskan bahwa meskipun komunitas sebelumnya memiliki periode kewajiban agama yang lebih lama, durasi kewajiban umat Muslim yang lebih singkat dikompensasi dengan kemurahan ilahi yang lebih besar.
Qirat ganda untuk Muslim menandakan rahmat khusus dan kesempurnaan Islam, meskipun kemunculannya lebih akhir dalam sejarah manusia.
Perumpamaan ini mengajarkan kepuasan dengan ketetapan ilahi dan memperingatkan terhadap iri pada berkah orang lain, karena Allah membagikan nikmat-Nya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna.