Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) melihat seseorang duduk menyendiri dan tidak shalat bersama orang-orang. Dia bertanya kepadanya, "Wahai ini dan itu! Apa yang menghalangi Anda untuk berdoa bersama orang-orang?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Saya Junub dan tidak ada air." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Lakukan Tayammum dengan tanah yang bersih dan itu akan cukup bagimu."
Mengusap tangan dan kaki dengan debu (Tayammum)
Sahih al-Bukhari - Hadis 348
Konteks dan Keadaan
Narasi ini menunjukkan kebijaksanaan ilahi dalam yurisprudensi Islam, di mana Allah memudahkan bagi hamba-hamba-Nya di saat kesulitan. Insiden ini terjadi ketika seorang sahabat terhalang dari sholat karena ketidakmurnian ritual (janabah) dan ketiadaan air.
Pengamatan tajam Nabi terhadap komunitasnya mencerminkan perannya sebagai pemandu yang peduli, memperhatikan bahkan ketidakhadiran satu individu dari sholat berjamaah.
Hukum Tayammum
Tayammum berfungsi sebagai metode pemurnian pengganti ketika air tidak tersedia, tidak cukup, atau penggunaannya akan menyebabkan bahaya. Ini terdiri dari menepuk tanah bersih dengan telapak tangan dan mengusap wajah serta lengan hingga siku.
Konsesi ini menggambarkan prinsip bahwa "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu" (Quran 2:185). Keabsahan tayammum berlaku untuk semua sholat hingga air tersedia atau kondisi yang memerlukan pemurnian terulang.
Komentar Ulama
Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan tayammum sebagai alternatif lengkap untuk wudhu ketika ada alasan yang sah. Tanah menjadi agen pemurnian dengan izin ilahi, menunjukkan rahmat Allah yang komprehensif.
Ibn Hajar al-Asqalani mencatat pendekatan lembut Nabi dalam bertanya daripada kritik langsung, mengajarkan kita metodologi yang tepat dalam memperbaiki kesalahan. Pengakuan jujur sahabat menyoroti pentingnya ketulusan dalam urusan agama.
Dimensi Spiritual
Insiden ini mengajarkan bahwa rahmat Allah mencakup semua situasi. Sebagaimana kemurnian fisik dapat dicapai melalui tanah ketika air tidak ada, kemurnian spiritual dapat dicapai melalui tobat yang tulus ketika dosa besar telah dilakukan.
Tanah yang digunakan dalam tayammum melambangkan kerendahan hati dan hubungan mendasar kita dengan ciptaan Allah, mengingatkan kita akan asal kita dari tanah dan kembalinya kita kepadanya.