حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ الْهَادِ، عَنْ عَمْرٍو، مَوْلَى الْمُطَّلِبِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ ‏"‏‏.‏ يُرِيدُ عَيْنَيْهِ‏.‏ تَابَعَهُ أَشْعَثُ بْنُ جَابِرٍ وَأَبُو ظِلاَلٍ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Anas bin Malik

Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) berkata, "Allah berfirman, 'Jika saya merampas hamba saya dari dua barang kesayangannya (yaitu, matanya) dan dia tetap sabar, saya akan membiarkan dia masuk surga sebagai kompensasi untuk mereka.'"

Comment

Tafsir Hadis dari Sahih al-Bukhari 5653

Hadis qudsi yang mulia ini, yang diriwayatkan dalam Kitab Pasien oleh Imam al-Bukhari, mengungkapkan pahala besar untuk kesabaran dalam menghadapi cobaan. Ketika Allah menguji hamba-Nya dengan mengambil apa yang paling dicintai mereka - dalam hal ini, penglihatan - dan hamba menerima ketetapan ini dengan ketabahan yang sabar (sabr), Allah menjanjikan mereka Surga sebagai balasan.

Sifat Kompensasi Ilahi

Para ulama menjelaskan bahwa kerugian sementara dalam kehidupan dunia ini ditukar dengan kesempurnaan abadi di Akhirat. Orang beriman yang buta akan diberikan penglihatan di Surga yang jauh lebih unggul daripada yang mereka miliki dalam keberadaan sementara ini.

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menunjukkan bagaimana rahmat Allah meliputi keadilan-Nya. Orang beriman yang sabar menerima bukan hanya pemulihan tetapi peningkatan melampaui keadaan asli mereka.

Keutamaan Kesabaran

Al-Qurtubi menekankan bahwa kesabaran sejati (sabr) melibatkan tiga komponen: menahan lidah dari keluhan, menahan hati dari kebencian, dan menahan anggota badan dari reaksi berdosa. Kesabaran yang komprehensif inilah yang layak mendapatkan pahala ilahi.

Imam al-Nawawi mencatat bahwa hadis ini berlaku untuk semua bentuk cobaan berat, dengan kebutaan berfungsi sebagai contoh dari ujian terakhir yang menunjukkan ketergantungan dan penerimaan hamba yang lengkap terhadap ketetapan Allah.