حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ سَيِّدُ الاِسْتِغْفَارِ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ‏.‏ إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ ـ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ـ وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ ‏"‏‏.‏ مِثْلَهُ‏.‏
Terjemahan
Narasi Shaddad bin 'Aus

Nabi (ﷺ) berkata, “Cara yang paling unggul untuk memohon ampun dari Allah adalah: 'Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta. Khalaqtani adalah 'Abduka, yang merupakan 'adik-adik yang berkuasa kepada Abu Laka, yang merupakan 'Matika dari Abu'u Laka', yang merupakan salah satu dari yang lain; dan 'Uidhu telah menjadi sarri dan sana'tu. ' Jika seseorang membacakan doa ini pada malam hari, dan jika dia mati kemudian, dia akan pergi ke surga (atau dia termasuk penghuni surga). Dan jika dia membacanya di pagi hari, dan jika dia mati pada hari yang sama, dia akan mengalami nasib yang sama.

Comment

Sayyid al-Istighfar: Doa Utama untuk Memohon Ampunan

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari 6323 menyajikan apa yang oleh para ulama disebut "Sayyid al-Istighfar" - Formula Utama untuk Memohon Ampunan. Nabi Muhammad (ﷺ) menggambarkan ini sebagai cara terbaik untuk memohon ampunan Allah, menunjukkan sifatnya yang komprehensif dan manfaat spiritual yang mendalam.

Analisis Teks dan Terjemahan

"Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta. Khalaqtani wa ana 'abduka, wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastata'tu. A'udhu bika min sharri ma sana'tu. Abu'u laka bini'matika 'alayya, wa abu'u bidhanbi, faghfirli fa innahu la yaghfiru dh-dhunuba illa anta."

Terjemahan: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku setia pada perjanjian dan janjiku kepada-Mu sejauh yang aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau."

Komentar Ulama tentang Frasa Kunci

"Allahumma anta Rabbi" - Pembukaan ini menetapkan hubungan fundamental antara Ketuhanan dan penghambaan, mengakui kedaulatan Allah yang lengkap sambil menegaskan ketergantungan total pembicara.

"Khalaqtani wa ana 'abduka" - Pengakuan penciptaan dan penghambaan membentuk dasar hubungan kita dengan Sang Pencipta, mengingatkan kita pada tujuan akhir kita.

"Ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastata'tu" - Ini mengungkapkan komitmen untuk memenuhi perjanjian kita dengan Allah sebaik kemampuan kita, mengakui baik usaha maupun keterbatasan kita.

"Abu'u laka bini'matika 'alayya" - Pengakuan sadar akan berkah ilahi menumbuhkan rasa syukur dan mencegah dosa ketidaksyukuran (kufr al-ni'mah).

"La yaghfiru dh-dhunuba illa anta" - Frasa terakhir ini menegaskan hak prerogatif ilahi yang eksklusif untuk pengampunan, menghilangkan segala perantara antara hamba dan Tuhannya.

Manfaat Spiritual dan Waktu

Nabi menetapkan pahala luar biasa untuk membaca doa ini. Jika dibaca pada malam hari dengan ketulusan dan seseorang meninggal sebelum pagi, mereka masuk Surga. Demikian pula, jika dibaca di pagi hari dan seseorang meninggal pada hari itu, nasib berkah yang sama menantinya.

Para ulama menjelaskan bahwa jaminan ini berlaku bagi mereka yang membacanya dengan pemahaman yang benar, kehadiran hati, dan tobat yang sejati - bukan sekadar pengulangan verbal. Signifikansi waktu menunjukkan pentingnya memulai dan mengakhiri hari kita dengan permohonan ampunan yang komprehensif ini.

Implementasi Praktis

Para ulama klasik merekomendasikan untuk menjadikan doa ini bagian dari zikir pagi dan petang harian seseorang. Sifatnya yang komprehensif mencakup semua elemen penting tobat: pengakuan dosa, pengakuan berkah, penegasan keesaan ilahi, dan permintaan maaf yang tulus.

Imam Ibn al-Qayyim mencatat bahwa doa ini menggabungkan bentuk ibadah tertinggi: deklarasi keesaan Allah, pengakuan berkah-Nya, pengakuan dosa, dan mencari perlindungan dari perbuatan jahat - menjadikannya benar-benar yang utama dari semua permohonan ampunan.