Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) berkata.” Demi Allah! Aku memohon ampun dari Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari.”
Keunggulan Mencari Pengampunan
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (6307) menunjukkan kesetiaan Nabi Muhammad (ﷺ) yang terus-menerus dalam mencari pengampunan Allah, meskipun beliau terbebas dari dosa besar. Contohnya mengajarkan kita pentingnya pertobatan yang konstan dan pemurnian spiritual.
Komentar Ilmiah
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa istighfar Nabi yang sering bukan untuk dosa yang dilakukan, melainkan: untuk meningkatkan derajat spiritualnya, untuk mengajarkan umatnya pentingnya pertobatan, dan untuk mengungkapkan rasa syukur atas berkah Allah yang terus-menerus.
Ibn Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fath al-Bari bahwa "lebih dari tujuh puluh kali" menunjukkan kelimpahan daripada angka tertentu, menekankan sifat konstan dari praktik ini sepanjang siang dan malam.
Aplikasi Praktis
Ajaran ini mendorong umat beriman untuk menjadikan istighfar sebagai praktik rutin dalam kehidupan sehari-hari. Para ulama merekomendasikan waktu-waktu tertentu untuk mencari pengampunan: setelah shalat, sebelum tidur, dan selama sepertiga terakhir malam.
Bentuk istighfar yang paling komprehensif adalah: "Astaghfirullah al-'Adheem alladhi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyumu wa atubu ilayh" (Saya mencari pengampunan dari Allah, Yang Maha Agung, selain Dia tidak ada tuhan, Yang Maha Hidup, Yang Maha Memelihara, dan saya bertobat kepada-Nya).